Lihat ke Halaman Asli

Serigalapemalas

Nihilistik

Terjebak dalam Lingkungan "Toxic"

Diperbarui: 8 Oktober 2019   12:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pexels.com

Rasanya, memiliki lingkaran pertemanan yang hanya mengajak party, bermain gim daring, maupun kegiatan hedonistik lain, nyaris setiap hari di tiap pekan bukanlah sesuatu yang saya harapkan. Di samping membuat diri tak berkembang, kegiatan itu pun akan semakin membuat pelakunya kesulitan keluar dari zona nyaman.

Bagiku, berteman dengan mereka seperti halnya parasit yang menyebalkan. Mereduksi produktivitas, materi hingga pikiran. Membuat hidup stuck di tempat dan menjadi gundik belphegor secara tak sadar.

Sebelum terlanjur di baca lebih jauh, saya hanya ingin mengingatkan. Bahwa, tulisan ini berisi keluh kesah saya yang hanya dongkol dengan lingkaran pertemanan pribadi yang tak sehat. Atau lazim disebut lingkungan toxic.

Baca juga: Apa yang perlu di banggakan dari sepakbola Indonesia?

Teman yang sewenang-wenang
Terkadang, jalinan pertemanan yang kita ikat akan membuat siapapun menganggap diri sudah dekat dan telah mengenal luar dalam. Padahal, sebenarnya tidak, meskipun telah terjalin selama bertahun lamanya.

Apalagi, masih banyak personal yang tidak mengindahkan kenyamanan temannya tersebut. Kasus yang sering terjadi, terkadang ada saja teman yang melanggar privasi dan membuat teman lainnya merasa terbebani.

Merengek minta hotspot setiap hari, mengutang tanpa etika, dan menampilkan kesedihan demi keuntungan pribadi sudah menjadi hal yang lumrah dijumpai. Jenis teman seperti ini mungkin menganggap uang hanya benda biasa.

Jika permintaan mereka tak diindahkan, responnya sudah tertebak. Bila tidak membicarakan kita di belakang, paling mentok berlindung dalam kalimat-kalimat pertemanan yang disalah artikan. Serta tak lupa dibumbui manisnya janji-janji yang keluar tanpa beban.

Yang lebih menyedihkan, masih banyak orang yang tidak paham arti me time atau meluangkan waktu sendiri dengan sepi, hobi atau menarik diri sejenak dari rutinitas hidup yang monoton.

Salah persepsi sering terjadi di sini. Sebab, saat kita menolak hangout, mereka menganggap kita sudah nggak betah. Tapi sebenarnya, kita hanya ingin menikmati waktu sendiri saja. Terutama bagi mereka yang mengklaim diri sebagai bagian dari introvert.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline