Pernahkah kamu merasa berada di titik di mana energi tubuh dan pikiranmu benar-benar habis? Seolah-olah, semua yang kamu lakukan sepanjang hari menguras seluruh cadangan energimu, meninggalkan rasa kosong yang sulit dijelaskan.
Di kalangan generasi Z, perasaan ini sering diidentifikasi sebagai "jam koma". Istilah ini tidak cuma menggambarkan kelelahan, tapi juga pengalaman unik yang dialami pada waktu tertentu dalam sehari, di mana tubuh dan pikiran benar-benar "jatuh".
Fenomena ini semakin sering menjadi bahan perbincangan, terutama di tengah perubahan gaya hidup modern yang begitu dinamis.
Apa Itu Jam Koma?
Jam koma adalah istilah non-klinis yang populer di kalangan anak muda untuk menggambarkan kelelahan ekstrem. Berbeda dari rasa lelah biasa, jam koma hadir seperti dinding tak kasatmata yang tiba-tiba menghentikan produktivitas.
Biasanya terjadi di sore atau malam hari, fenomena ini sering dialami sesudah menjalani hari yang penuh tekanan mental, emosional, maupun fisik.
Generasi Z, yang tumbuh di tengah arus informasi digital yang tidak pernah berhenti, menjadi salah satu kelompok yang paling rentan mengalami jam koma.
Aktivitas harian mereka sering kali melibatkan multitasking, mulai dari menyelesaikan tugas sekolah, pekerjaan, sampai menjaga kehadiran di media sosial. Semua ini menguras energi, baik secara sadar maupun tidak, sehingga tubuh dan pikiran mencapai batas tertentu.
Meskipun jam koma tidak termasuk dalam kategori gangguan kesehatan yang serius, dampaknya bisa memengaruhi kehidupan sehari-hari secara signifikan. Tidak cuma pada produktivitas, tapi juga pada kesehatan mental, kualitas hubungan sosial, dan bahkan kemampuan menikmati waktu luang.
Mengapa Generasi Z Rentan Terhadap Jam Koma?
Untuk memahami mengapa jam koma menjadi fenomena yang sering dialami generasi Z, penting untuk melihat pola hidup dan tantangan unik yang dihadapi oleh kelompok ini.
Generasi Z adalah generasi yang tumbuh dengan teknologi. Mereka terbiasa dengan dunia yang bergerak cepat, di mana informasi tersedia dalam sekejap dan tuntutan untuk "tetap terkini" menjadi kebutuhan yang tidak bisa dihindari.