Lihat ke Halaman Asli

Dicki Ali Mukti

Content Writter, Educater, Science and Technology

Pendekatan Pembelajaran STEM sebagai Jalan Baru Bagi Perkembangan Manusia di Indonesia

Diperbarui: 23 Juni 2024   13:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Dunia Pendidikan Indonesia hari ini sedang gencar- gencarnya dalam mengadopsi kurikulum atau boleh dibilang sebagai pendekatan pembelajaran berbasis STEM (Science, Technology, Engineering, and Mathematics) pendekatan pembelajarn ini telah menjadi fokus utama dalam peningkatan kualitas pendidikan secara global. Integrasi STEM dalam kurikulum diharapkan dapat menghasilkan lulusan yang siap menghadapi tantangan abad ke-21 dengan keterampilan kritis, kreatif, kolaboratif, dan komunikatif.

Pembelajaran berbasis STEM merupakan pendekatan suatu ilmu interdisipliner yang mengintegrasikan empat bidang utama: sains, teknologi, teknik, dan matematika. pendekatan ini menekankan pada pemecahan masalah secara kontekstual, berpikir kritis, kreativitas, dan inovasi. tujuan utama STEM adalah untuk mempersiapkan siswa menghadapi tantangan teknologi dan ilmiah masa depan dengan keterampilan yang relevan.

Implementasi STEM di Indonesia telah dimulai dengan berbagai inisiatif dan program. Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan Kebudayaan, riset dan teknologi (Kemendikbudristek) telah mengembangkan beberapa proyek percontohan dan pelatihan guru untuk meningkatkan kemampuan pengajaran berbasis STEM. Salah satu contoh adalah Program Guru Penggerak yang bertujuan untuk melatih guru-guru di seluruh Indonesia agar lebih kompeten dalam mengintegrasikan STEM dalam pembelajaran.

Meskipun terdapat perkembangan positif, implementasi STEM di Indonesia menghadapi beberapa tantangan. Kurangnya fasilitas dan infrastruktur yang memadai, terutama di daerah terpencil atau sering disebut sebagai daerah 3T, menjadi kendala utama. Selain itu, masih terdapat kesenjangan dalam kompetensi guru, di mana tidak semua guru memiliki pemahaman yang mendalam tentang konsep STEM.

Salah satu tujuan utama pendidikan berbasis STEM adalah mempersiapkan siswa untuk dunia kerja. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2023 menunjukkan bahwa lulusan yang memiliki latar belakang pendidikan STEM memiliki tingkat penerimaan kerja yang lebih tinggi dibandingkan dengan lulusan non-STEM. Perusahaan teknologi dan manufaktur di Indonesia lebih cenderung merekrut lulusan dengan keterampilan STEM karena dianggap lebih inovatif dan adaptif terhadap perkembangan teknologi.

Pembelajaran berbasis STEM juga mendorong inovasi dan kreativitas. Menurut laporan dari World Economic Forum (WEF) pada tahun 2022, negara-negara yang mengadopsi pendidikan STEM secara luas cenderung memiliki tingkat inovasi yang lebih tinggi. Di Indonesia, program seperti Hackathon dan lomba sains nasional telah menjadi platform bagi siswa untuk menunjukkan kemampuan inovatif mereka.

Implementasi STEM mengharuskan perubahan dalam kurikulum dan metode pembelajaran. Kurikulum harus dirancang untuk mengintegrasikan berbagai disiplin ilmu secara holistik. Pembelajaran berbasis proyek (project-based learning) dan eksperimen lapangan menjadi metode utama yang digunakan. Menurut Kementerian Pendidikan Singapura, penerapan metode ini telah meningkatkan keterlibatan siswa dan hasil belajar yang lebih baik.

Guru merupakan faktor kunci dalam keberhasilan implementasi STEM. Oleh karena itu, pelatihan dan pengembangan profesional yang berkelanjutan sangat diperlukan. Program seperti pelatihan intensif, workshop, dan sertifikasi guru STEM harus diadakan secara rutin. Penelitian dari National Institute of Education (NIE) Singapura menunjukkan bahwa guru yang mendapatkan pelatihan STEM memiliki kemampuan yang lebih baik dalam mengajar dan menginspirasi siswa.

Ketersediaan infrastruktur dan sumber daya juga menjadi faktor penting. Sekolah perlu dilengkapi dengan laboratorium sains yang memadai, perangkat teknologi, dan bahan ajar yang relevan. Menurut laporan dari UNESCO pada tahun 2022, investasi dalam infrastruktur pendidikan, termasuk teknologi pendidikan, secara langsung berkorelasi dengan peningkatan kualitas pembelajaran STEM.

Pemerintah dan pihak swasta perlu meningkatkan investasi dalam penyediaan infrastruktur pendidikan yang memadai. Ini termasuk pembangunan laboratorium sains, pengadaan peralatan teknologi, dan akses internet yang memadai di seluruh wilayah Indonesia.

Program pelatihan guru juga harus terus dikembangkan dan diperluas. Kemendikbudristek dapat bekerja sama dengan universitas dan lembaga pendidikan untuk menyelenggarakan pelatihan berkelanjutan yang fokus pada pengajaran berbasis STEM.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline