Lihat ke Halaman Asli

WARDY KEDY

Alumnus Magister Psikologi UGM

Peduli Sesama di Tengah Pandemi

Diperbarui: 5 Mei 2020   16:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mari berbagi dan mendengar (dokpri)

Sebuah Refleksi Biblis tentang Kepedulian (Solidaritas)

Pada dasarnya manusia bekerja untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Dan dapat dikatakan bahwa bagi yang tidak bekerja, berarti ia bisa mati. Dalam upaya pemenuhan kebutuhan hidupnya, manusia selalu berusaha untuk terus mencari dan mencari apa yang dibutuhkan. 

Dalam proses pencarian itu, ada orang yang melakukannya dengan baik dan halal, namun tak jarang ada pula yang melakukannya dengan manipulasi atas semua yang hendak diinginkan itu, dan merugikan yang lain.

Sungguh ini merupakan suatu keprihatinan untuk saya. Tindakan bekerja yang selalu dilakukan secara tidak halal sebenarnya memperlihatkan suatu bentuk ketamakan yang ada dalam diri manusia itu sendiri.

Di samping itu, mental instan dan mau 'cepat-cepat' memperoleh hasil, juga merupakan salah satu pemicu berkembangnya sikap hidup tamak yang merugikan diri sendiri dan orang lain. Salah satu sikap buruk yang selalu kita lakukan namun tidak disadari yaitu sikap tidak solider atau sikap tidak peduli dengan kehidupan dan kebutuhan orang lain.

Mungkin ada diantara kita semua yang merasa terganggu  dengan apa yang saya katakan ini, sebab kita selalu membenarkan diri kita kalau kita ditanya soal peduli terhadap sesama. Menurut saya, mereka yang berpikir negatif ketika ditanya, adalah orang yang mungkin saja sangat jarang atau bahkan tidak pernah peduli terhadap kebutuhan orang lain.

Sikap ketidakpediulian terhadap kebutuhan orang lain, yang sekarang berkembang juga ditentang oleh Tuhan Yesus. Bukti adanya pertentangan Tuhan Yesus dapat kita baca dalam Injil Lukas 16:19-31. Di mana dikisahkan tentang orang kaya dan Lazarus yang miskin. Kita dapat melihat bagaimana kisah ini sangat baik untuk direfleksikan berkaitan dengan sikap ketidakpedulian kita terhadap nasib orang lain.

Menariknya kisah ini bagi saya, dilihat dari adanya kontradiksi yang angat jelas antara dua tokoh utama dalam kisah ini, yaitu orang kaya yang hidup dalam kelimpahan dan tubuhnya dihiasi dengan jubah ungu sedangkan Lazarus tubuh  dipenuhi dengan borok yang dijilati anjing. Dan dapat saya katakan bahwa Lazarus digolongkan dalam kelompok orang yang secara manusiawi sudah kehilangan martabatnya.

Di samping itu dapat kita temukan juga bahwa orang kaya itu hidup dalam kemewahan dan kelimpahan sedangkan Lazarus untuk menghilangkan rasa laparnya saja harus berbaring di dekat pintu orang kaya itu untuk menanti apa saja yang jatuh dari meja lalu dimakannya.

Dan satu pertentangan kontradiktif yang sangat berkesan bagi saya adalah ketika orang kaya dan Lazarus itu mati, keduanya di tempatklan di tempat yang berbeda. Lazarus disambut oleh para malaikat sedangkan orang kaya itu harus menderita di alam maut.

Inilah gambaran sebuah jurang pemisah dan keadaan yang sangat bertolak belakang antara kondisi si kaya dan Lazarus yang miskin. Kehidupan sesudah dan sebelum kematian dari kedua tokoh itu terbalik sama sekali. Ganjaran bagi si kaya adalah penderitaan sedangkan bagi Lazarus yang miskin adalah penghiburan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline