Lihat ke Halaman Asli

Dibbsastra

Penulis

Kisah di Bawah Bayang-Bayang Penjajah - Part 15

Diperbarui: 12 September 2024   04:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber Leonardo.ai

Serangan Fajar

Malam menjelang fajar, benteng berada dalam keadaan siaga tinggi. Para pejuang tidak tidur, berjaga-jaga di setiap sudut dengan mata penuh kewaspadaan. Raden, Suryo, Pak Arif, dan para pemimpin lainnya berkumpul di ruang strategi, memantau perkembangan situasi. Mereka tahu bahwa musuh bisa menyerang kapan saja, terutama setelah strategi yang mereka rancang mulai dijalankan oleh Banu.

Banu, yang kini berada di bawah pengawasan ketat, telah menyampaikan informasi palsu kepada musuh bahwa benteng berada dalam kondisi lemah, dengan persediaan yang nyaris habis dan moral para pejuang yang menurun drastis. Informasi ini diharapkan akan memancing musuh untuk melancarkan serangan dengan keyakinan penuh bahwa mereka akan mudah menaklukkan benteng.

Pagi itu, udara terasa lebih dingin dari biasanya. Kabut tebal menyelimuti wilayah sekitar benteng, menambah kesan mencekam yang menyelimuti para pejuang. Raden berdiri di atas menara pengawas, matanya menyapu hamparan kabut di bawah. Jantungnya berdegup kencang, menandakan bahwa waktunya sudah dekat. Dia mengangkat tangannya, memberi isyarat kepada para penjaga di gerbang untuk bersiap.

Tak lama kemudian, terdengar suara samar derap kaki kuda dan derit roda gerobak. Raden memperhatikan dengan saksama. Dari balik kabut, bayangan-bayangan gelap mulai muncul, semakin lama semakin jelas. Mereka adalah musuh, datang dengan kekuatan penuh seperti yang diperkirakan.

Para pejuang di benteng memperkuat genggaman mereka pada senjata masing-masing. Suryo, yang berada di posisinya, memberi isyarat kepada para pemanah untuk bersiap. Mereka menunggu sinyal dari Raden untuk melepaskan hujan panah pertama yang akan menyambut musuh.

Ketika musuh mulai mendekati benteng, tiba-tiba kabut tebal terangkat, seolah-olah memberikan jalan bagi pasukan penjajah untuk menyerang. Mereka tampak terkejut dengan betapa sepinya benteng tersebut. Tak ada tanda-tanda perlawanan di depan gerbang utama, seolah-olah benteng telah ditinggalkan.

Panglima musuh, yang memimpin serangan, mengangkat tangannya dan memerintahkan pasukannya untuk maju lebih cepat. Mereka mendekati gerbang dengan percaya diri, yakin bahwa benteng akan segera mereka taklukkan. Namun, sesaat sebelum mereka mencapai gerbang, suara keras dari terompet perang menggema dari dalam benteng, diikuti oleh teriakan-teriakan perang dari para pejuang yang siap menyambut mereka.

Raden memberikan tanda, dan dalam sekejap, hujan panah melesat dari atas benteng, menghujam pasukan musuh yang tidak siap. Suara jeritan dan jatuhnya pasukan musuh ke tanah memenuhi udara. Serangan tiba-tiba ini membuat pasukan musuh panik, namun panglima mereka segera memerintahkan para prajurit untuk tetap maju dan mendobrak gerbang.

Suryo dan para pejuang lainnya yang berada di garis depan telah bersiap untuk pertempuran jarak dekat. Mereka menunggu dengan sabar hingga gerbang didobrak. Ketika musuh berhasil merobohkan pintu kayu tebal itu, mereka langsung disambut oleh serangan balasan yang ganas dari para pejuang yang sudah siap.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline