Lihat ke Halaman Asli

Dibbsastra

Penulis

Kisah di Bawah Bayang-Bayang Penjajah - Part 13

Diperbarui: 11 September 2024   23:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber Leonardo.ai

Pertempuran di Batas Harapan

Fajar belum sepenuhnya menyingsing ketika benteng mulai dipenuhi suara langkah-langkah terburu-buru. Raden telah menerima kabar dari mata-mata yang bertugas di garis depan bahwa pasukan penjajah sedang mendekat, lebih besar dan lebih bersenjata dari sebelumnya. Berita ini menyebar cepat di antara para pejuang, namun bukannya menimbulkan ketakutan, kabar tersebut justru mengobarkan semangat mereka.

Raden segera memanggil para pemimpin desa dan kepala pasukan untuk berkumpul di aula pertemuan. Di hadapan mereka, Raden berdiri dengan tenang, matanya memancarkan ketegasan.

"Ini adalah momen yang telah kita persiapkan," kata Raden sambil menunjuk ke peta di meja. "Mereka datang dengan kekuatan besar, tetapi kita telah belajar dari serangan sebelumnya. Kali ini, kita tidak akan hanya bertahan. Kita akan memukul balik dan menunjukkan kepada mereka bahwa kita tidak akan menyerah."

Pak Arif dan Bu Sri mengangguk, tanda bahwa mereka memahami dan setuju dengan rencana tersebut. Para pejuang yang berkumpul di sekitar Raden bersiap untuk menerima perintah. Di luar aula, suara-suara orang yang mempersiapkan diri untuk perang memenuhi udara—suara pedang yang diasah, busur yang ditarik, dan perisai yang disiapkan.

Raden membagi pasukan menjadi beberapa unit, masing-masing dengan tugas yang spesifik. Ada yang bertugas menjaga gerbang utama, ada yang menjaga benteng dari arah samping, dan ada pula yang ditugaskan untuk menyerang balik dari dalam hutan. Raden memutuskan untuk menggunakan strategi serangan kilat yang telah mereka latih selama berminggu-minggu. Dengan memanfaatkan medan yang mereka kuasai, mereka akan menyerang musuh di titik-titik lemah dan membuat mereka kebingungan.

Sementara itu, Suryo dan Yuda mengatur unit kecil mereka, yang terdiri dari para petarung yang paling terlatih. Mereka akan menyelinap keluar dari benteng untuk menyerang jalur suplai musuh. Dengan cara ini, mereka berharap dapat melemahkan logistik musuh dan memaksa mereka untuk mundur.

Saat matahari mulai naik, suara genderang perang dari arah timur mulai terdengar. Pasukan penjajah bergerak dengan cepat, membawa serta meriam dan senjata berat lainnya. Namun, mereka tidak menyadari bahwa desa-desa di sekitar benteng telah dipersiapkan untuk pertempuran ini. Para pejuang yang tersembunyi di balik pepohonan siap melancarkan serangan kilat.

Ketika pasukan penjajah berada dalam jarak tembak, Raden memberikan isyarat kepada para pemanah. Anak panah yang telah dibasahi minyak dinyalakan dan dilepaskan ke arah musuh. Langit seketika dipenuhi dengan nyala api yang melesat cepat menuju targetnya. Panik melanda barisan musuh saat mereka mencoba bertahan dari hujan panah yang membakar.

Namun, penjajah tidak mudah mundur. Mereka mengarahkan meriam mereka ke arah benteng dan melepaskan tembakan yang mengguncang tanah. Dinding-dinding benteng mulai bergetar dan beberapa bagian mulai retak. Namun, para pejuang tidak gentar. Mereka tetap berada di posisinya, siap menghadapi serangan berikutnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline