Lihat ke Halaman Asli

Dibbsastra

Penulis

The Cursed Boy with a Devil's Heart - Part 5

Diperbarui: 7 September 2024   07:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber Leonardo.ai

Kesialan yang Tak berujung

Hari itu seharusnya menjadi baru biasa di keluarga Mira, namun kesialan yang terus dibawa arka tampaknya tak mengenal batas. Arka, yang kini menginjak usia 12 tahun, telah lama menjadi sumber masalah bagi keluarga. Namun, kali ini, ulangnya memicu amarah yang tak terbendung dari kakaknya, bima.

Siang itu, bima pulang dari sekolah dalam kondisi yang memperihatinkan. Wajahnya penuh dengan luka lebam, bibir pecah, dan seragam sekolahnya kotor akibat perkelahian yang baru saja dialaminya. Mira, yang memilih kondisi anak sulungnya, terkejut dan langsung berlari menghampirinya. "Bima! Apa yang terjadi?" tanya Mira dengan nada cemas, memeluk anaknya erat

Bima menghempaskan pelukan ibunya dan menatap tajam ke arah Arka, yang sedang duduk di sofa sambil memainkan ponsel. "Ini semua gara-gara dia!" teriak Bima, menunjuk arka dengan tangan gemetar, penuh kemarahan. "Dia provokasi anak-anak di sekolah! Aku yang jadi sasarannya!"

Mira terdiam, menoleh ke arah Arka yang tampak acuh tak acuh. "Arka, apa yang kamu lakukan lagi?" tanya Mira lelah, mencoba mencari penjelasan dari putranya. Namun, bukannya merasa bersalah, Arka malah tersenyum sinis, seolah tidak peduli dengan apa yang baru saja terjadi.

"Ya udah, kalau mereka bodoh, kenapa aku yang disalahin?" jawab Arka santai, matanya tak lepas dari layar ponselnya.

Bima yang mendengar jawaban itu langsung kehilangan kendali. Dengan gerakan cepat, dia melompat ke arah Arka, menendang adiknya dengan seluruh kekuatan amarah yang telah lama dipendam. "Kamu ini benar-benar anak iblis!" teriaknya, wajahnya memerah karena marah. "Semua yang kamu lakukan hanya membawa kesialan! Kamu menghancurkan hidup semua orang di rumah ini!"

Arka terjatuh ke lantai, tapi bukannya merasa takut atau menyesal, dia malah tertawa terbahak-bahak. Tawa itu terdengar seperti cemoohan yang menusuk hati siapa saja yang mendengarnya. "Hahaha! Kamu pikir aku peduli? Kalian semua cuma menyalahkan aku untuk masalah kalian sendiri. Aku gak peduli!" teriaknya sambil tertawa semakin keras.

Mira, yang sudah kehabisan cara untuk menenangkan anak-anaknya, hanya bisa berdiri terpaku ditengah-tengah ruang tamu, menyaksikan pertengkaran antara dua anaknya. Air mata mulai menggenang di matanya, namun dia tak bisa menemukan kata-kata yang tepat untuk menghentikan kekacauan ini. Hatinya hancur melihat betapa jauhnya Arka terjatuh dalam sikap acuh tak acuh dan keras kepala.

"Arka, hentikan! Bima, kamu juga!" suara Mira terdengar bergetar, tapi tidak ada yang mendengarnya. Bima semakin murka, memukul Arka dengan tangan kosong. Sementara itu, Arka terus tertawa, seolah-olah rasa sakit tidak pernah menyentuhnya. Tawa itu membuat Bima semakin merasa direndahkan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline