Lihat ke Halaman Asli

Lenyap Sejak 1965, Jejak Keberadaan Intan Tri Sakti Kalimantan Selatan Ditemukan

Diperbarui: 4 September 2016   11:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tanggal 26 Agustus 1965 sebanyak 24 orang pendulang intan dibawah pimpinan H.Madslam menemukan intan seberat 166,75 karat di pendulangan intan sungai Tiung, kecamatan Cempaka, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan. Menurut taksiran masa itu, harganya Rp. 10 trilyun.

Tanggal 2 September 1965 diberi nama Intan Trisakti di Jakarta oleh Presiden Soekarno.

Jejaknya hilang oleh Pemerintah dan menjadi misteri tak pernah terjawab. Keberadaannya tidak diketahui secara pasti. Masyarakat Kalimantan Selatan meyakini intan Tri Sakti telah dijual ke luar negeri, ada disalah satu museum Belanda, atau menghilang secara gaib. Kenyataannya, intan Trisakti tak pernah dilihat hingga sekarang.

Menurut Tajuddin Noor Ganie,M.Pd, Intan Tri Sakti dipersembahkan H.Madslam kepada Presiden Soekarno. Atas jasa kelompok pendulang intan tersebut, pemerintah memberikan ongkos naik haji  beserta 80 sanak keluarganya dengan jumlah sebesar Rp. 3,5 juta.

Tanggal 3 September 2016, pukul 16.30 s.d 19.45 WIB penulis mengumpulkan bahan informasi untuk disiarkan pada kompasiana.com. Topik  yang ingin diangkat tentang kerukunan beragama di Indonesia sejak era kemerdekaan. Penulis berusaha mencari bukti dimasa lalu yang dapat dijadikan teladan bagi kita, dimana keberagaman bangsa  adalah kenyataan yang harus diterima sebagai anugerah Tuhan. Bahkan kesederhanaan fisik pemimpin hendaknya tidak dijadikan lelucon seperti mudah kita saksikan dimedia sosial. Melalui sejarahnya, Jepang membuktikan, pemimpin sipil mampu menyatukan negeri yang dilanda konflik. Sosok tersebut dapat ditemukan pada diri Toyotomi Hideyoshi yang mendapat julukan monyet dari, karena wajahnya dipandang mirip monyet. Kebijakannya menyerbu korea selama 7 tahun, ratusan tahun kemudian dinilai menjadi penyebab jatuhnya dinasti Joseon pada abad ke-18.

 Diantara deretan foto-foto yang penulis saksikan, selembar gambar yang dibuat tanggal 4 September 1965, bahkan (mungkin) sebagai satu-satunya arsip yang dipublikasikan. Disebutkan dalam keterangannya sebagai Trisakti, asli keterangan berbahasa Belanda, yaitu : TIJDENS EEN PERSCONFERENTIE, DONDERDAG IN AMSTERDAM, IS DE GROOTSTE NA DE OORLOG IN INDONESIE GEVONDEN DIAMANT AAN DE PERS GETOOND, DE KOSTBARE STEEN IS “TRI SAKTI” (DE DRIE NACHTEN) GENOEMD EN WERD OP ZUID-BORNEO GEDOLVEN.

img-0875-jpg-57cba2c7c823bd076335525d.jpg

img-0877-jpg-57cba2d2779773c63c46f004.jpg

Foto diatas dibuat oleh Cor Mulder. Penulis kemudian, mencari nama fotografer yang turut menyaksikan intan Tri Sakti, hasilnya seperti screenshot dibawah ini :   

img-0879-jpg-57cba2def39673b93ecbdeb2.jpg

img-0878-jpg-57cba2ebf87a616f427bbb3e.jpg

Pertanyaan selanjutnya, apakah intan Tri Sakti sudah dijual kepada pemerintah Belanda? Digadaikan oleh pemerintah saat itu? Atau diam-diam sudah berada ditanah air?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline