Lihat ke Halaman Asli

Diaz Abraham

TERVERIFIKASI

Penyesap kopi, pengrajin kata-kata, dan penikmat senja

Merawat Indonesia Melalui Moderasi Beragama

Diperbarui: 22 Desember 2022   22:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: news.detik.com

Bangsa Indonesia dikenal dengan masyarakatnya yang heterogen dengan keberagaman ras, suku, agama, hingga golongan. Keberagaman ini merupakan anugerah yang tak bisa dielakkan mengingat letak geografis kita yang terdiri dari pulau, diapit oleh dua benua dan samudera, hingga tercipta akulturasi budaya di dalamnya.

Merawat keberagaman menjadi salah satu langkah dasar dalam mencapai Indonesia maju. Para pendiri bangsa telah meletakkannya dalam Pancasila poin pertama yang menyebutkan "Ketuhanan Yang Maha Esa", sebuah ungkapan bagi seluruh masyarakat Indonesia untuk beriman sesuai kepercayaannya masing-masing dan menjunjung toleransi beragama.

Pada sejarahnya, butir pertama ini menuai perdebatan alot, Indonesia dengan mayoritas penduduk muslim ingin mencantumkan Allah sedangkan pemeluk agama lain ingin nama Tuhannya dimunculkan. Akhirnya mereka sepakat, Tuhan sebagai penamaan universal untuk zat yang menciptakan alam semesta digunakan dalam Pancasila.

Naasnya beberapa waktu lalu cita-cita bangsa tersebut tercoreng dengan kasus pencopotan label bantuan tenda yang diberikan oleh salah satu rumah ibadah. Pencopotan yang dilakukan secara paksa membuat tenda tak berfungsi dengan layak karena bekas yang dihasilkan.

Kejadian ini menuai kecaman dari banyak pihak baik untuk pemberi bantuan maupun pelaku pengrusakan. Apapun itu, tindakan pengrusakan ini jelas menyalahi norma dan semangat keberagaman di Indonesia yang sudah ada dalam Pancasila.

Jika peristiwa intoleransi seperti ini dibiarkan, dapat menimbulkan perpecahan dan konflik agama bisa terjadi karena nilai religi adalah kebutuhan batin yang sulit dipisahkan. Masalah yang menyinggung prinsip fundamental ini amat berbahaya dan kebanyakan membawa seseorang menjadi ekstrimis, tak jarang berujung pada kekerasan bahkan merenggut nyawa seseorang. Padahal, tiap agama amat menjunjung tinggi nilai kemanusiaan, berdampingan dengan nilai ketuhanan.

Jauh sebelum peristiwa ini mencuat, Indonesia yang dulunya dikenal dengan nama Nusantara, mengenal ragam kepercayaan yang berbaur dalam kehidupan sosial masyarakat. Sunan Kudus, salah satu tokoh yang memperkenalkan ajaran Islam di Kota Kudus menunjukkan kalau perilaku toleran amat penting.

Pada saat itu masyarakat Kota Kudus mayoritas beragama Hindu. Dalam ajaran ini, sapi dianggap sebagai hewan suci yang menjadi kendaraan bagi para dewa.

Namun pria bernama asli Ja'far Shadiq tersebut membawa sapi besar dari India ke pekarangan rumahnya. Warga tertarik dengan pemandangan ini, kemudian berkerumun melihat hewan dengan ukuran sangat besar ini sambil mempertanyaan tujuan dari keberadaan hewan suci ini.

Sunan Kudus kemudian berkata kalau sapi tersebut adalah peliharaannya. Ia melarang para pengikutnya untuk menyakiti apalagi membunuhnya. Sampai sekarang umat Islam di Kudus memilih berkurban menggunakan kerbau maupun kambing.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline