Lihat ke Halaman Asli

Diaz Abraham

TERVERIFIKASI

Penyesap kopi, pengrajin kata-kata, dan penikmat senja

Sepersen Perbedaan

Diperbarui: 13 Februari 2017   03:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Akulah generasi instan
Kepala tertunduk pertanda keangkuhan
Akulah generasi penghamba layar
Kata-kata dikultuskan tanpa nalar

Modernisasi adalah keladi
Otak gorila itu serupa keledai
Semua percaya kebenaran miliknya
Padahal benar salah adalah jodoh-Nya

Pencarian kebenaran tak akan kelar
Selama angan dan ingin betebaran dilayar
Kita berseteru tanpa tikaman jarak waktu
Palagan baru menjadikan kebenaran bermahkotakan isu

Puncak jenuh lambat menghilang
Isu dilahap demokrasi sungsang
Layar berganti kertas suci
Paku layaknya kata bertaji 

Kita dihadapkan pada kebenaran diri
Harapan berada dibalik bilik sunyi
Guna memapah pertiwi yang limbung
Fajar baru akan menyingsing

Tapi belum tentu perang suci berhenti
Kebenaran sang fajar bisa jadi sangsi
Fondasi koyak membawa lara menganga
Anaknya wajib terbuka demi ibunda

Kita kadung berkutat pada beda
Padahal palagan berkaca warna bunga
Maret atau Mei tergantung jodoh-Nya
Ibunda menyerahkan kita mengurusnya

 

(D.A)

13 Februari 2017




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline