Lihat ke Halaman Asli

Diaz Abraham

TERVERIFIKASI

Penyesap kopi, pengrajin kata-kata, dan penikmat senja

Kampung Bandan, Islam, dan Melayangnya 6.000-an Nyawa

Diperbarui: 20 Juni 2016   11:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siapa yang tak kenal dengan nama salah satu daerah bernama Kampung Bandan di Jakarta. Sebuah tempat yang terletak di kelurahan Ancol, Jakarta Utara dekat dengan Kota Lama atau Sunda Kelapa.

Kampung Bandan memiliki ceritanya sendiri dalam perkembangan Batavia. tempat ini merupakan bukti kekejaman VOC semasa menginjakan kakinya di Bumi Nusantara serta eksistensi Agama Islam di Batavia.

Bukan rahasia lagi bahwa Bangsa Eropa pada saat itu sedang gencar-gencarnya menerapkan kapitalisme yang berujung kolonialisme dan imperialisme ke Asia. Indonesia tidak luput dari perhatian mereka dalam menyebarkan keganasan itu.

Bangsa Eropa membawa misi penyebar luasan keuntungan dengan modal sekecil-kecilnya untuk menambah kas keuangan negaranya, karena pada abad 16-an perang sedang gencar-gencarnya berkecambuk. Mereka membutuhkan pendapatan lebih untuk menutupi modal peperangan.

Dengan keberhasilan Christoper Colombus mengarungi lautan, para saudagar Eropa mendapatkan akses ke Asia, sebuah tempat yang penuh dengan harta karun. Harta karun tersebut bukan emas atau permata, melainkan rempah-rempah.

Karena alasan itu Belanda datang ke Indonesia, alasan lainnya mereka melihat potensi Indoensia yang bisa di jadikan  pusat kekuatan mereka di Asia karena letak geografis Indonesia berada di tengah-tengah. Wilayah Indonesia juga memiliki beberapa pelabuhan yang ramai pada saat itu salah satunya adalah Pelabuhan Sunda Kelapa.

Tetapi karena keserakahannya, Belanda malah memfokuskan diri ke wilayah timur Indonesia yaitu kepulauan Maluku. Wilayah timur Indonesia ini memang memiliki pesonanya tersendiri mulai dari kekayaan laut dan daratannya, di sana pula pusat rempah-rempah bersemayam.

Karena keserakahannya tadi, mereka akhirnya menyadari Maluku bukanlah tempat yang tepat sebagai pusat kekuatan mereka di Asia sekaligus pengontrol perkembangan di Asia. Sehingga mereka mencari pelabuhan lain, akhirnya mereka memilih Sunda Kelapa sebagai daerah jajahan selanjutnya.

Penjajahan pun terjadi di Maluku, semua masyarakat di paksa untuk menanam remph-rempah, Tak terkecuali di Banda Neira. Tahun 1621 atau lebih tepatnya tanggal 18 Mei 1621 atas titah Gubernur Jendral Jan Pieterzoon Coen, pasukan VOC membunuh para orang-orang yang berpengaruh di Banda Neira. Mereka di bunuh karena pada masa kedatangan Belanda Ke Banda, Laksamana Verhoeven asal Belanda tewas akibat pecahnya pertempuran.

Selanjutnya jika mengacu pada buku yang berjudul “Masa Gelap Pancasila” sebanyak 6.000 nyawa melayang di Banda. Mereka meninggal karena meminta kenaikan upah penjualan buah Pala yang menjadi primadona di sana. Para petani merasa di rugikan dengan pendapatan mereka pasalnya mereka tau di Belanda harga pala sebesar dua puluh ribu gulden, naasnya petani hanya mendapatkan lima sen per kilo.

Beda buku, beda monumen yangt terletak di di Desa Kun, yang di ambil dari nama Coen, mengisakhan sebanyak 6.600 orang di bunuh di tempat itu, 789 orang di asingkan di Batavia, dan 1.700 orang meralikan diri ke sekitaran pulau.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline