Lihat ke Halaman Asli

Berharap Tuah sebagai Tuan Rumah Pertemuan IMF-WB 2018

Diperbarui: 28 Agustus 2018   11:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pertemuan Tahunan IMF-WB Tahun 2018. (gambar: tourfrombali.com)

Penyelenggaraan International Monetary Fund (IMF) and the World Bank (WB) Annual Meetings yang akan berlangsung di Bali pada Oktober mendatang digadang-gadang akan menjadi pertemuan IMF-WB terbesar sepanjang sejarah. Hal itu dikatakan Sekretaris Jenderal IMF Lin Jianhai, saat melakukan finalisasi kunjungan terakhir di Bali dalam rangka kesiapan Indonesia menjadi tuan rumah Pertemuan IMF-WB 2018, seperti dilansir liputan6.com, Jumat (3/8/2018). Lantas, mampukah Indonesia memanfaatkan momentum pertemuan ekonomi dan keuangan terbesar di dunia tersebut untuk mendorong pertumbuhan ekonomi?

Dilansir KOMPAS.com, Jumat (26/2/2018), Kepala Unit Kerja Pertemuan IMF-WB 2018 Peter Jacobs menuturkan, perputaran uang selama perhelatan internasional tersebut akan sangat besar. Bahkan, angkanya ditaksir mencapai lebih dari 100 juta dollar AS.

Peter menjelaskan, perputaran uang tersebut bisa terjadi untuk memenuhi beragam kebutuhan selama penyelenggaraan, mulai dari sewa-sewa gedung sebagai lokasi pertemuan, kamar hotel, makanan dan minuman, perjalanan, dan kebutuhan mendasar lainnya. 

Selain itu, tidak menutup kemungkinan pula akan ada beragam kesepakatan perdagangan yang akan tercipta, sebab pertemuan tersebut juga akan dihadiri oleh para investor, pebisnis, dan sosok-sosok penting di bidang investasi. "Hitung-hitungan kasar 100 juta dollar AS. Itu minimal, belum terjadi dampak multiplier (rentetan)," kata Peter.

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyatakan, Indonesia akan memaksimalkan posisi sebagai tuan rumah Pertemuan IMF-WB 2018. "Sejumlah inisiatif yang akan dilakukan diantaranya adalah di bidang digital ekonomi keuangan. Salah satu yang kita angkat di dalam pertemuan ini yang kita sebut Bali Financial Technology (Fintech) Agenda. 

Jadi agenda-agenda bagaimana pengembangan fintech dirumuskan dan jadikan acuan pengembangan fintech di Indonesia tapi di seluruh dunia. Persiapan-persiapan itu terus dilakukan," ujar Perry, seperti dikutip liputan6.com, Jumat (3/8/2018).

Perry melanjutkan, pada pertemuan yang rencananya akan dihadiri 13.000 orang dari 189 negara tersebut, pemerintah juga mengusung inisiatif-inisiatif untuk menunjukkan kemajuan ekonomi Indonesia antara lain terkait pembiayaan infrastruktur, syariah economy finance, women empowerment dan berbagai isu di bidang pembangunan.

Optimis Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Ikut Terdorong 

Saat ini sebenarnya potensi perkembangan ekonomi Indonesia sudah terlihat dari munculnya banyak perusahaan rintisan atau yang biasa disebut startup, berbasis digital dan teknologi, baru di Indonesia. Hal ini diprediksi karena terinspirasi dari kisah sukses keberhasilan "unicorn startup" di Indonesia seperti Gojek, Traveloka, Tokopedia, dan Bukalapak. 

Kemunculan banyak startup tersebut sekaligus menunjukkan potensi pengembangan ekonomi digital di Indonesia akan semakin besar. Selain itu, kemunculan pelaku usaha di bidang fintech seperti CekAja, HaloMoney, Doku, dan perusahaan fintech lainnya juga turut meramaikan perkembangan ekonomi digital dan teknologi. Pemerintah juga kini sedang mengembangkan model perekonomian syariah dengan memaksimalkan potensi pondok pesantren yang jumlahnya sangat banyak di Indonesia.

Dikutip dari laporan Startup Ranking, Senin (12/2/2018), Indonesia ternyata masuk dalam daftar 5 (lima) besar negara di dunia dengan jumlah startup terbanyak, totalnya mencapai 1.705 startup. Dari jumlah tersebut, harapan akan ada unicorn startup baru dampak dari pertemuan IMF-WB 2018 terbuka lebar.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline