Pilkada serentak akan digelar kurang lebih 2 bulan lagi, pendaftaran calon juga sudah ditutup. Meskipun dilakukan serentak di seluruh Indonesia, namun tetap saja Pilkada atau Pilgub Daerah Khusus Jakarta (DKJ) lebih menyita perhatian publik.
Salah satu hal yang menjadi perbincangan adalah munculnya pasangan calon independen yaitu Darma Pongrekun dengan Kun Wardhana. Nama yang tidak disangka-sangka tiba-tiba sudah memenuhi syarat untuk maju sebagai calon independen.
Kali ini kita tidak akan membahas mengenai bagaimana caranya mereka bisa mengumpulkan (mencatut) KTP segitu banyaknya, namun kita akan membahas ide-ide yang mereka sampaikan keada publik belakangan.
Hal ini menarik karena di awal kemunculannya, pasangan ini menjadi bahan ledekan. Mulai darindisebut sebagai calon boneka hingga ahli konspirasi karena pernyataan Darma Pongrekun mengenai konspirasi covid-19. Bahkan, netizen X ramai-ramai menyebut pasangan ini sebagai pasangan Jakarta Skizo.
Namun uniknya, belakangan pernyataan serta ide program yang mereka sampaikan malah lebih masuk akal dibanding dua paslon lainnya. Misalnya mengenai redesain tata kota
Sebagai kota metropolitan, masalah paling penting yang dialami Jakarta salah satunya adalah mengenai tata kota. Tata kota ini memilik pengaruh besar terhadap kemacetan, kepadatan penduduk, hingga kampung kumuh dan banjir.
Pasangan Jakarta Skizo ini menyatakan kan mempelajari dan mengkaji ulang mengenai tata kota di Jakarta kemudian mengatur ulang agar menjadi kota yang lebih baik. Pernyataan ini terdengar begitu waras jika kita bandingkan dengan teori konspirasi yang pernah Dharma Pongrekun sampaikan.
Bayangkan, seorang yang pernah mengatakan huruf 'id' pada Covid-19 berarti 'identity digital' , bisa dengan memahami permasalahan mendasar yang ada di Jakarta.
Lalu, mari kita bandingkan dengan ide dari pasangan calon yang lain, Ridwan Kamil-Suswono misalnya. Untuk mengatasi warga yang marah karena macet, alih-alih mengatasi kemacetannya, RK justru ingin membuat mobil curhat keliling yang berisi psikolog hingga ustad. Daripada disuruh keliling di tengah kemacetan, mending ustadnya supaya meruqyah akang saja, Kang Ridwan!
Lalu adalagi ide supaya masyarakat tinggal dan bekerja di tempat yang sama sehingga tidak perlu bermacet-macetan. Lah, akang saja yang orang Bandung nyari kerja di Jakarta!