Lihat ke Halaman Asli

Whenzelt Diastien

pelajar yang berani bermimpi

First Vote

Diperbarui: 24 Februari 2023   08:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pada 14 februari 2024 warga negara indonesia akan menyongsong peristiwa pemilihan umum yang berdasarkan luber jurdil. pemilu ini dilaksanakan untuk memilih presiden dan wakil presiden yang akan menentukan arah berlayar negara indonesia. memilih merupakan suatu aktivitas dimana individu dihadapkan dengan berbagai peristiwa atau berbagai tawaran dan berhasil mengambil salah satu dari tawaran tersebut.

Pada kesempatan pemilu saat ini subjek yang memilih didominasi oleh kaum muda dalam rentang umur 17-40 tahun yang berjumlah 107-108 juta dapat diartikan dan disimpulkan bahwa 55% pemilih didominasi oleh kaum muda. berdasarkan data ini kaum muda diharapkan untuk memahami dan mengerti arti pentingnya pemilihan umum demi masa depan bangsa.

Kaum muda adalah masa kini bangsa dan masa depan bangsa, masa depan bangsa dapat dilihat dan dapat diprediksi dari kualitas kaum mudanya. maka kaum muda perlu memiliki wawasan yang luas terhadap dunia politik agar tidak mudah didoktrin oleh oknum-oknum tertentu untuk mencapai ambisi atau kepentingan pribadi bagi beberapa oknum. pada hakikatnya tujuan politik negara indonesia adalah bonum commune (demi kebaikan bersama), sebenarnya kebaikan macam apa yang dimaksud? menurut saya kebaikan bersama yang dimaksud adalah dimana setiap masyarakat dapat terpenuhi kebutuhannya sesuai dengan tingkatannya masing-masing, dimana masyarakat saling melengkapi untuk mebentuk negara yang tertata bukan saling jegal menjegal dan membuat tatanan negara ini kacau tanpa arah.

Tentunya indonesia memiliki dasar hukum yang kuat dalam mendasari pemilu ini, dasar hukum yang kuat itu adalah pancasila, semua aturan dan hukum pemilu berasal dari Pancasila. pemilu ini dilaksanakan untuk mewujudkan cita-cita bangsa indonesia yaitu Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. jadi dapat dikatakan bahwa kedaulatan rakyat sangatlah diakui dalam proses pemilu ini.

Pemilu dapat digunakan sebagai ajang untuk memanusiakan manusia, yaitu dimana kita memberi suatu kepercayaan kepada calon pemimpin dan mengharapkan bahwa pilihan kita menjadi pemimpin kita di kemudian hari. oleh karena itu hak yang diberikan oleh negara kepada kita semua untuk memilih harus kita gunakan dengan baik, ikut berkontribusi dalam pemilihan umum untuk memilih pemimpin yang kita dambakan dan pemimpin yang kita idolakan karena didalam pribadinya dapat digali banyak keutamaan. namun dibalik semua ini tentunya ada yang namanya gagal dan berhasil, kita semua harus dapat menerima apapun hasilnya demi terciptanya bonum comunne bukan menciptakan suatu kerusuhan yang menimbulkan suatu perpecahan di negara ini.

Para pemilih tentunya harus mengenal secara mendalam calon yang akan dipilihnya, mengkritisi program-program yang ditawarkan dan juga tipe kepemimpinan pribadi tersebut, jangan sampai pemilih memilih pemimpin karena ikut-ikutan kerabat, teman dekat tanpa mengenal calon yang akan dipilih olehnya. hal ini akan menjadi suatu ironi dimana populasi manusia dikendalikan oleh beberapa oknum untuk mencapai kepentingan pribadi oknum-oknum tersebut.

Telah kita ketahui bahwa pada pemilu tahun 2024 nanti akan didominasi oleh kaum muda. Jumlah pemilih pertama sangatlah banyak maka para pemilih peratama menjadi sasaran empuk untuk memberikan suaranya. Suaranya dimanfaatkan oleh oknum-oknum yang akan mencapai ambisi pribadinya. Hal ini disebabkan oleh suatu anggapan bahwa pemilih pertama belum memiliki pengalaman memilih dan mudah untuk didoktrinasi, sebenarnya jika kita semua sadari pemilih pertama ini telah belajar menghadapi suatu pilihan. Para pemilih pertama telah belajar untuk membangun habitus berdiskresi (kebiasaan menimbang-nimbang) terhadap suatu pilihan yang akan diambil.

Pada rentang umur para pemilih pertama ini mereka masih memiliki suasana hati yang labil, sehingga mudah diseret oleh arus kehidupan, mudah diombang ambingkan oleh angin iklim yang mewarnai lingkungannya. Saat ini kampanye-kampanye terselubung mulai beredar, kampanye terselubung dengan tujuan mendoktrin pemilih prtama menurut saya memasuki pintu yang pas dan tepat dengan memasuki pintu social media. Dapat kita semua ketahui bahwa sebagian besar hidup manusia saat ini berada diruang lingkup digital dan menghabiskan banyak waktunya untuk melayang laying di social media.

Saat ini yang perlu kita semua ketahui adalah bahwa saat ini kalangan umat manusia terjebak oleh algoritma yang kita ciptakan sendiri. Dunia baru yang kita ciptakan akan membuat kita semakin fanatik terhadap suatu hal. Sebagai contoh konkretnya adalah ketika kita membuka aplikasi sosial media dan mencari beberapa tema yang mungkin cukup hangat dan cukup viral, maka kita akan terus ditawari oleh tema-tema yang hampir sama, sehingga kita akan terus memasuki dan mendalami tema tersebut tanpa mengetahui sudut pandang lain. Media social yang memiliki sifat yang netral akan terus mengarahkan kita menuju suatu perangkap suatu paham dimana seakan-akan dunia hanya memiliki satu paham dan hanya akan seseorang akan lebih menganut pandangan tersebut.

Maka dari itu kita semua perlu membuat fondasi yang kuat bagi diri kita untuk mengahdapi berbagai macam informasi yang akan membanjiri dunia digital, agar kita tidak mudah terbawa oleh arus yang membanjiri. Kita harus bisa memilih Presiden dan wakil presiden menggunakan hati nurani kita, calon pemimpin yang dapat kita anggap memiliki suatu keutamaan yang dapat kita teladan, pemimpin yang dapat memperjuangkan bonum commune. 

Kita memilih berdasarkan suatu visi misi yang ditawarkan dan juga program-program yang akan dibuat serta kita dapat memilih calon pemimpin yang dapat memperjuangkan seni politik , seni yang membantu untuk memulihkan dan menanamkan nilai-nilai keutamaan yang mulai tercabut dari akar kebudayaan Indonesia. Sebab kita semua dapat mengetahui bahwa seni tidak menuntut atau memaksa individu, bahkan mendominasi individu atau suatu masyarakat. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline