Mengapa sekelas rumah sakit masih memandang kedudukan manusia? Saya dapati dibeberapa rumah sakit akan memberikan tindakan dengan segera jika pasien atau keluarga pasien menyebutkan tingginya jabatan yang diduduki atau seseorang yang berkerja pula di rumah sakit tersebut. Apakah memiliki uang banyak, relasi banyak dan kedudukan tinggi bisa membedakan kemanusiaan? Apakah dengan memilki itu semua manusia yang harus diselamatkan dapat dipilih secara materi? Dimana kemanusiaan?
Tertulis di depan ruangan UGD (Unit Gawat Darurat) dan IGD (Instalansi Gawat Darurat), "Darurat" dalam KBBI memiliki arti membutuhkan penanggulangan segera. Namun pengaplikasian di lapangan tidaklah demikian.
Sudah beberapa kali saya sebagai petugas ambulans merujuk pasien dalam kondisi gawat darurat, sesampainya di rumah sakit pasien yang memiliki ikatan kedekatan dengan petugas rumah sakit atau pemerintahan memiliki peluang untuk ditindak lanjuti dengan cepat.
Kekuasaan menjadi tolak ukur keselamatan manusia yang sedang membutuhkan pertolongan segera, sungguh sangat disayangkan. Sekelas rumah sakit masih banyak yang melihat pasien dari sisi materi, SOP (Standar Operasional Pelayanan) pun bisa diabaikan jika pasien tersebut adalah pemilik rumah sakit, memiliki orang dalam, memiliki banyak uang atau orang pemerintahan.
Jika seperti ini, apakah keselamatan pasien harus bergantung pada penilaian manusia? Sekali lagi, dimana rasa kemanusiaan? Malaikat maut untuk pasien adalah kebijakan rumah sakit yang tidak memiliki rasa kemanusiaan yang tinggi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H