Lihat ke Halaman Asli

Dias Ashari

Wanita yang bermimpi GILA, itu akuuu..

Belajar dari Cinta dan Benci

Diperbarui: 24 Oktober 2020   15:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Ungkapan cinta dan benci tak hanya berlaku bagi pasangan yang sedang merajut asa saja. Melainkan dua kata tersebut telah merasuk ke dalam lingkungan pertemanan atau pun persahabatan.

Ada yang dulunya dekat dan menjalin persahabatan begitu lekat. Hingga sosok kawan lain kau anggap sebagai pelengkap saja. Tapi kini menjauh karena rasa benci dan dendam yang begitu mengakar dalam jiwa.

Namun ada pula yang dulunya amat jauh dan bahkan untuk bertegur sapa pun tak ingin, bahkan  keberadaannya hanya kau anggap angin lalu saja. Lantas kini mendekat karena rasa cinta yang mulai tumbuh disebabkan kecocokan.

Hidup memang kadang lucu karena dulu memandang bahwa yang mencinta tak akan berpisah dan yang membeci tak akan menyatu. Tapi dunia ini kadang berkata lain karena kau bukan Tuhan yang dapat menghendaki segalanya berdasarkan keinginan.

Sudah sepatutnya cinta dan benci memang menjadi bahan pelajaran. Bisa jadi orang yang dulu kamu benci di masa lalu akan menjadi kawan terbaik di masa depan. Begitu pun, bisa jadi orang yang dulu kamu cinta di masa lalu akan menjadi musuh di masa depan.

Maka sudah sepantasnya mencintai itu secukupnya dan membenci itu sewajarnya. Tapi ada yang terpenting daripada hanya kata cinta dan benci, yaitu kata bahagia. Biarlah yang lalu berlalu tengoklah masa depan yang saat ini kau jalanii. Yang terpenting saat ini aku, kamu, kita dan mereka punya kebahagian masing-masing.

Salam sahabat!




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline