Lihat ke Halaman Asli

Dias Ashari

Wanita yang bermimpi GILA, itu akuuu..

Ayah, Jika Ada Kata yang Lebih Indah dari "Cinta"

Diperbarui: 23 Oktober 2020   19:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Dokumen Pribadi

Ayah, sejauh memoriku menilisik kejadian di masa kecil, rasanya tidak ada yang spesial tentangmu saat itu. Bahkan rona kebahagian yang kau hadirkan pun tak sedikit terbesit dalam benak pikiranku.

Yang ku ingat kau adalah seorang pribadi yang pemarah. Yang saat itu selalu menghancurkan perabot rumah tangga milik ibu ketika emosi berada dalam puncaknya. Kau pernah meludahiku karena aku rewel. Kau pernah mengguyurku dengan seember air hingga basah kuyup, padahal air itu susah payah ibu timba dari tempatnya.

Kau selalu bilang padaku untuk tidak usah bersekolah jika aku meminta uang SPP padamu. Hingga dalam benakku kau bukanlah sosok Ayah dan suami yang bertanggung jawab saat itu.

Hingga suatu hari cerita ibu mengubah pandanganku terhadapmu. Ibu bilang meskipun Ayah adalah sosok yang pemarah tapi dia menyayangiku lebih dari kakak-kakakku. Bahkan Ayah sedikit berubah semenjak kelahiranku ke dunia ini

Mungkin saat itu aku masih berusia 2 tahun hingga aku tidak begitu mengingatnya. Ibu bilang ketika itu jika keinginanku tidak dituruti maka aku akan menghantamkan kepala ke tembok. Jika itu terjadi maka Ayah akan luluh olehku, padahal Ibu bilang Ayah selalu tidak peduli dengan anak-anaknya.

Ketika bertumbuh dewasa aku semakin menyadari bahwa sudah banyak perubahan positif dalam dirimu. Aku mulai paham betapa kau sangat menyayangiku Ayah. Engkau orang pertama yang selalu menghawatirkan kesehatanku, kau orang pertama yang menungguku ketika belum pulang dan kau yang menyayangiku lebih dari siapapun.

Ayah terimakasih untuk waktu yang kau habiskan denganku untuk berdiskusi terkait berita dalam koran yang tadi pagi kau jajakan. Aku yang selalu takjub dengan pengetahuanmu yang luas meski kau hanya mengenyam pendidikan SD saja. Terimakasih selalu memberi petuah ketika raga sedang menyerah. Terimakasih untuk selalu berdiri di garda terdepan untuk melindungiku darii kejamnya dunia ini.

Lumuri terus tubuh ini dengan doa-doa mustajabmu, yang Tuhan pun tak pernah punya alasan untuk menolaknya. Ayah jika ada kata yang lebih baik dan indah dari CINTA maka akan kuungkapkan padamu.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline