Lihat ke Halaman Asli

[Diary Lily] Enam Bulan yang Istimewa

Diperbarui: 24 Oktober 2016   18:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

[ saat usiaku 6 bulan]

Hari ini Ibu menulis di halaman Facebooknya "Congrat, Lily lulus S1, Sarjana ASI Ekslusif ". Ibu menerima banyak Like dan Comment dari teman-teman Ibu. Di usiaku baru 6 bulan aku sudah Sarjana..hehe..terlihat menyenangkan ya, walaupun aku tidak begitu mengerti apa artinya. Yang aku tau bahwa sejak aku lahir, aku sudah menyusu kepada Ibu. Dan naluriku selalu menuntunku untuk melakukan itu. Ketika aku lapar, haus ataupun ketika hanya butuh dekapan Ibu, aku akan memberikan sinyal ke Ibu dan Ibu akan segera memelukku, membetulkan posisiku dan memberikanku air susunya, Ibu menyebutnya ASI. 

Saat aku usia 3 bulan, Ibu harus kembali bekerja. Jarak rumah dan kantor Ibu cukup jauh, 1,5 - 2 jam perjalanan menggunakan kendaraan umum. Tentu saja Ibu tidak bisa membawaku ikut ke tempat kerja, sementara aku masih belum bisa makan/minum apapun selain ASI dari Ibu. Tapi Ibu sudah punya rencana yang baik untuk bisa tetap memberikan aku ASI walaupun aku ditinggal ibu bekerja. Sejak menjelang aku lahir, Ibu sudah belajar manajemen ASI untuk seorang Ibu yang bekerja dan tidak bisa membawa bayinya ke tempat kerja. Satu bulan sebelum maternity leave ibu berakhir, Ibu mulai menyetok ASI. Bapak dan Ibu mempersiapkan "peralatan perang" (begitu mereka menyebutnya). Ada pompa ASI, botol kaca dan kantong ASI untuk menyimpan ASI yang sudah di perah, cooler bag untuk membawa ASIP (ASI Perah), cup feeder, botol dot, dll.

Jika menyusuiku malam hari, ibu hanya memberikan 1 payudara saja, kata Ibu supaya aku dapat hind milk yaitu lemak susu yang aku butuhkan untuk pertumbuhan, bukan hanya mendapatkan rasa kenyang. 1 payudara yang lain di perah oleh Ibu (menggunakan pompa ASI) dan disimpan di dalam botol kaca berukuran 120ml. Lalu Ibu memberikan label tanggal (tanggal perah) pada masing-masing botol tersebut. Botol yang sudah berisi ASIP disimpan Ibu di dalam freezer

Ketika Ibu sudah harus kembali bekerja, aku sudah disiapkan sekitar 40 botol ASIP di dalam freezer. Aku tidak mau merepotkan Ibu, aku mudah belajar saat Ibu memindahkan ASIP ke dalam cup feeder ataupun botol dot dan memberikannya padaku. Walaupun akhirnya aku memilih botol dot, karena cup feeder rasanya cukup menyulitkan saat disuapkan.

Perjuangan Ibu belum berakhir. Aku ceritakan sedikit ya, supaya aku juga akan terus mengingatnya. Bagaimana usaha dan perjuangan Ibu untuk memberikan ASI ekslusif pada 6 bulan pertamaku.

Dimulai saat Ibu bangun pukul 03.00 dinihari untuk memerah ASI, kadang menyusukan aku terlebih dahulu, atau sebaliknya. Setelah ASIP disimpan, Ibu akan mempersiapkan "peralatan perang" untuk dibawa ke kantor. Jadi setiap berangkat ke kantor Ibu selalu membawa gembolan yaitu cooler bag yang isinya pompa ASI dan 4 atau 5 botol kaca. Tak lupa Ibu memindahkan 2 atau 3 botol ASIP dari freezer ke kulkas bagian bawah, supaya ASIP nya mencair saat akan diberikan padaku pas aku bangun tidur.  ASIP tersebut juga bisa di hangatkan menggunakan steamer khusus atau di rendam air hangat. Karena aku tidak ingin menambah repot Bapak dan Ibu, aku tidak komplain ASIP diberikan dalam kondisi dingin.

Sesampainya di kantor, Ibu langsung memerah ASI, dan setiap 2 jam setelahnya dilakukan berulang. Ibu akan pulang membawa 4-6 botol ASIP. Hebat ya Ibuku..aku banggaaaa dan sayaaaang banget sama Ibu.

Satu hal istimewa lainnya adalah, saat aku dirumah dan Ibu ditempat kerjanya,  aku selalu bersama Bapak. Bapakku adalah homeworker. Bapakku juga Bapak ASI. Bapakku yang menyuapkan ASIP, mengganti popokku, memandikanku dan mengayunkan aku di bouncer sampai aku tertidur. Bapakku akan bernyanyi. Sambil memetik gitar disampingku sampai aku terlelap.

Ah.

Sangat istimewanya 6 bulan pertamaku bersama Bapak dan Ibu. Aku merasa menjadi bayi yang paling beruntung di dunia. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline