Lihat ke Halaman Asli

Penikam Jiwa

Diperbarui: 24 Juni 2015   17:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Sedetik ...,
Ketika kedua belah  mata Rinitie hendak berpamitan kepada dia.
Lelaki tambun yang terus mendesah lirih itu mengeluarkan suara.

"Namaku cinta, ketika kita bersama. Berbagi rasa untuk selamanya

Namaku cinta, ketika kita bersama. Berbagi rasa untuk selamanya

Hingga tiba saatnya, aku pun melihat. Cintaku yang hianat, cintaku berhianat

Aku terjatuh dan tak bisa bangkit lagi. Aku tenggelam dalam lautan luka dalam

Aku tersesat dan tak tahu arah jalan pulang. Aku tanpamu butiran debu

Aku tersesat dan tak tahu arah jalan pulang. Aku tanpamu butiran debu

Menepi, menepilah… menjauh semua yang terjadi antara kita...."

Rinitie masih tercenung meski perlahan lirih suara lelaki itu menghilang. Sesaat tersadar, refleks, ia menyentuh bibir beku dihadapannya. Mengorek, memaksanya untuk mengulang kembali apa yang didengarnya barusan.

Keinginan Rinitie terkabulkan.

“Pembohong! Penghasut! Jangan sekali-kali kau susupkan kata-kata itu pada telinga kita! Seberat apapun derita yang kita pikul, kita tidak akan melumpuh! Kita tidak akan tenggelam dalam lautan tangis! Tak akan kubiarkan diri kita tersesat dalam kubangan arah yang membuta! Kita kuat! Kuat... KUUAAAATTT ….”

~oOo~

*** Butiran Debu by  Rumor. Lagu galau yang menghasut  ***




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline