Lihat ke Halaman Asli

Adrian Diarto

TERVERIFIKASI

orang kebanyakan

Puisi | Rumah Tepi Laut

Diperbarui: 16 Desember 2019   07:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

"Mampirlah kita ke tepian laut," kata perempuan kecil yang banyak tidur sepanjang perjalanan

Saat hujan deras
Saat melewati pohon-pohon jati
Juga saat melewati malam

Pada halaman masjid dengan jam besar di teras, lalu kami berhenti
Setelah menyeberangi jalan yang mengerikan dengan mobil-mobil dipacu-laju, seperti malaikat-malaikat kematian yang berlalu-lalang menawarkan tanya: kapan waktumu boleh kuhentikan?

Aroma laut berlalu-lalang di halaman masjid
Ikan asin dijemur di antara sela rumah dan tepian laut

"Aku suka bau laut," kata perempuan kecil

Mungkin karena ia, perempuan kecil itu, hadir di tepi laut
Ketika banyak hujan mengguyur tepian laut dan tangkapan melimpah
Ikan-ikan memenuhsesaki jala-jala nelayan, meski ombak bergelombang meninggi

Tidak ada gemuruh yang menenangkan selain gemuruh laut
Tidak ada warna biru yang lebih indah, selain warna biru yang dipantulkan air-air laut

"Laut bukan laut kalau tidak ada gelombang. Iya kan, Pa?" katanya sambil meniti dam penahan gelombang

| Juwana | 15 Desember 2019 | 09.00 |




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline