Lihat ke Halaman Asli

Adrian Diarto

TERVERIFIKASI

orang kebanyakan

Puisi | Bilah-bilah Bas Telah Tercabik

Diperbarui: 19 November 2019   09:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ngayogjazz 2017 | dokpri

* Sebuah tribute untuk RM Gregorius Djaduk Ferianto

Di panggung berwarna biru, bilah-bilah senar bas dicabik-mainkan dengan indah
Jemari menari-susuri titian-titian nada
Meninggi-merendah, merapat-merenggang

Saxophone alto meningkahi sela-sela cabikan pada bilah-bilah senar bas
Melengking tinggi, lalu meniti nada-nada rendah kemudian

Di atas daun-daun rumput yang basah, aku meletakkan diri setelah sepanjang hari yang berlalu
Mendekati nada-nada yang tercabik indah, menyusuri serak lengkingan yang terasa begitu dalam

Tetiba aku dengan mudah mengingat Leonard Cohen
Yang meniti-lantunkan nada-nada rendah dalam suara bariton yang kuat

Menyanyikan Hallelujah di malam gelap, di lereng Gunung Merapi sehabis hujan,  di antara kabut yang pelan turun dari lereng tinggi dan bergegas menyelimuti malam

Bukankah kamu mengingatkan tentang nyanyian Hallelujah di ruang beratap tinggi sebelumnya?

Tidak ada nyanyian Hallelujah pada malam ini di panggung berwarna biru. Tidak ada
Tetapi suara saxophone alto bersuara serak terlanjur mengingatkan malam pekat dengan kabut tebal, dengan suara yang meniti nada-nada rendah dengan kuat

Dan aku lalu memilih menyusuri ingatan itu,  di depan panggung berwarna biru

Bilah-bilah telah tercabik bersama jemari yang menari di titian nada
Dan saxophone alto seperti meneriakkan yang terpendam-tinggal di kedalaman

Kutengadahkan harapan ke langit malam  yang dipenuhi gerak awan-awan putih di kegelapan

Sebelum menepiskan ingatan tentang nyanyian Hallelujah di ruang beratap tinggi

| Kledokan | 19 November 2017 | 22.00 |




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline