Lihat ke Halaman Asli

Adrian Diarto

TERVERIFIKASI

orang kebanyakan

Puisi | Rona Merah di Bibir Malam

Diperbarui: 4 Oktober 2019   07:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Tadi kulewati bulan sabit berhenti di atas sawah yang baru saja dibajak

Bayangannya melenggok sempurna di permukaan air yang mengaca. Bening jernih

Bulan itu mengingatkan pada purnama yang berhenti di atas rumahmu

Ketika aku turun merambati jalan-jalan di Gunung Bagus, menerebos terang yang semakin cepat meremang

"Aku sudah sampai di tempat ramai," kabarku dalam pesan pendek

"Ya," jawabmu pendek, cukup untuk menemaniku lebih cepat ke Bukit Bintang

Lampu-lampu di tanah rendah Yogyakarta berkilauan, seperti kunang-kunang menari di gelap malam

"Mestinya tidak perlu terlalu malam," sambungmu dalam pesan pendek kedua

"Tapi keheningan Gunung Bagus terlalu elok untuk ditinggalkan begitu saja," gelakku

"Apalagi kutemui purnama yang berhenti di atas rumahmu setelah pertigaan pertama," lanjutku, tidak sabar untuk bercerita betapa eloknya purnama malam itu

Purnama memang merona hangat malam itu. Dengan wajah yang tidak sepucat langit timur yang ditinggalkan matahari ke barat

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline