Ke manakah setiap kepergian menuju?
Semua seperti rapat arus yang datang berlawanan dengan arah keberangkatan
Perjumpaan-perjumpaan yang tidak diupayakan
Perpisahan-perpisahan yang tidak dapat dihindari
Pun kebersamaan-kebersamaan yang tidak dapat direncanakan
Tidak pernah dapat diketahui, apakah langkah-langkah telah menjauhi keberangkatan dan terus menjauh
Atau ia adalah langkah memutar lalu menuju ke titik awal keberangkatan, sebuah perjalanan yang tidak pernah menjauhi keberangkatan
"Hai," katamu pada sebuah sua setelah langkah-langkah yang kuduga adalah kepergian yang telah menjauh
"Hai," kataku untuk mensyukuri perjalanan yang telah sampai ke titik awal kembali, setelah melewati sebuah duga tentang keberangkatan. Keberangkatan yang tidak pernah menjauh, bahkan setelah ribuan langkah terayun
"Hai," katamu pada kesempatan lain, bersamaan dengan pintu kaca yang berayun pada sepotong siang
Perjalanan memang tidak pernah menjauh
"Mampirlah ke selatan," katamu pada sebuah siang. Lalu perjalanan ke selatan adalah penemuan jalan pulang yang tidak pernah kumiliki, seperti teh yang dituang pada kemarau sore yang hangat
Aku telah jatuh cinta pada malam yang akan tergelincir ke dini. Waktu yang menegaskan bahwa perjalanan tidak pernah menjauh. Sedekat lembaran daun jati kering yang jatuh di dekat dahan yang telah menumbuhkannya
Selanjutnya, yang kulakukan adalah terus menghitungcintai malam. Yang terus datang seperti arus yang berlawanan dengan arah keberangkatan
Malam yang secara benderang menunjukkan ribuan langkah kaki tidak pernah menjauh
"Hai," katamu pada malam yang akan tergelincir ke dini hari. Lalu aku mengenalmu sebagai selatan, sebuah arah untuk berjalan pulang
| Surabaya | 31 Juli 2019 | 18.00 |