Lihat ke Halaman Asli

Adrian Diarto

TERVERIFIKASI

orang kebanyakan

Puisi | Di Atas Lontar

Diperbarui: 24 Juni 2019   23:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

1.

aku lebih suka menyebutnya ron tal. bilah-bilah tempat syair dipahatkan. supaya melalui lebih banyak hari, melewati lebih panjang waktu. dan senandungnya didengarkan beribu pasang telinga yang berjaga di gulita malam.

2.
malam. ya malam. hanya pada malam aku menyuamu. sekali waktu bulan ada di antara kita. menemani berjaga mengusap butiran air mata. dan juga peluh yang lambat bergulir.

3.
pada purnama di bulan yang riuh dengan dengan arak-arakan di jalan raya, aku akan menunggumu datang. saat bulan berkaca di belik sebelah kanan pohon gayam, di sisi kali yang menuju ke selatan. matamu akan memantulkan sinar bulan. sejernih air belik memantulkan cahaya malam.

4.
lalu kita tarikan tarian-tarian di antara malam. seperti angin meriakkan permukaan laut. seperti angin menggoyangkan pucuk-pucuk bambu. biarlah malam menjadi riuh tanpa suara. sampai wajahmu juga memantulkan cahaya bulan.

5.
sebelum ufuk memerah, kita berpisah di simpang jalan. melihatmu menjauh di terang tanah. menjuntai di antara pagi yang bergegas datang. semakin jauh langkahmu, semakin jelas kudengar ayunan kakimu

6.
ketika pagi menjadi hangat dengan sinar setinggi pohon kelapa, akan kupahat lagi narasi-narasi malam di atas ron tal. tentang tarian-tarian angin, dan wajahmu yang memantulkan sinar bulan. juga tentang keriuhan pada malam yang begitu hening.


| Prambanan | 24 Juni 2019 | 23.11 |




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline