"Apa yang akan kita sembunyikan di siang hari pun malam hari?" tanyaku pada Bapak, dahulu
Halaman rumah kita terlanjur membentang bersama dengan halaman milik para tetangga
Dan bau ikan asin yang digoreng dari tungku kayu akan selalu menari memenuhi langit dusun
Saat siang, burung-burung gagak mengintai dari dahan-dahan pohon waru
Saat malam, burung-burung hantu menatap tajam dari pohon kelapa
Dan begitulah, kami sepakat memasang kaca sewarna es
Supaya sinar luar menerangi dalam saat siang
Dan sinar dalam menerangi luar saat malam
Maka siang adalah malam, dan malam adalah siang
Kita juga bersepakat tidak ada tirai yang menggantung di jendela-jendela kaca sewarna es
Tidak ada yang disembunyikan, hanya tidak ditampakkan
Tidak ada yang dihilangkan, hanya tidak terlihat
"Kapan akan datang di teras tinggi?" tanyaku ketika kopi baru saja mengering dari bibirmu
"Nantilah aku datang ke sana," jawabmu dengan mata muram yang tergelak
Aku memang tidak pernah menunggumu datang
Bukankah kamu tidak pernah pergi?
| Posong | 21 Juni 2819 | 19.42 |