Lihat ke Halaman Asli

Adrian Diarto

TERVERIFIKASI

orang kebanyakan

Puisi | Pagi Sewarna Emas

Diperbarui: 14 Juni 2019   11:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

foto elis.z.a

Pagi sewarna emas meriak bersama air laut
Mengayun-lentur di antara biru yang tertambat di dermaga pantai

Warnanya berkilau, seperti pengalaman-pengalaman yang hanya dapat dikagumi

Tidak, tidak akan ada yang berubah dari pengalaman yang selalu menghampar-ceritakan harapan yang memang tidak pernah berlalu begitu saja

Seperti juga tidak akan ada yang berubah dari setiap pagi yang selalu hanya menawarkan harapan

Bersama pagi, pengalaman juga sering terserak begitu saja seperti daun-daun yang gugur pada pergantian musim

Saat akar harus lebih mencengkeram tanah dan angin selatan bertiup lebih kuat ke utara
Menerbangkan harapan melewati bukit-bukit yang berjajar
Dan melampaui dataran yang membentang di mana bunga-bunga kecil akan selalu bertumbuh lagi saat malam datang, lalu mekar ketika pagi menjelang

Bunga-bunga kecil akan silih-berganti mekar
Dan harumnya hanya akan dapat disentuh oleh angin, harum bunga yang berwarna biru seperti air laut

Kemarin aku bercerita lagi padamu tentang kedai di tengah lebat Gunung Bagus
Dengan jalan yang begitu sepi, seperti untuk menyadari bahwa perjalanan memang hanya kulakukan seorang diri

Jangan terlalu malam, ya. Begitu pesanmu waktu itu ketika purnama sedang berhenti di atas rumahmu di dekat laut yang sedang berkilau memeluk cahaya bulan

Aku menyukai keheningan Gunung Bagus, setelah sebelumnya melintasi sinar matahari yang jatuh di lantai senyap

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline