Lihat ke Halaman Asli

Adrian Diarto

TERVERIFIKASI

orang kebanyakan

Di SMA De Britto Semua Siswa, Guru, dan Orang Tua Belajar Bersama

Diperbarui: 18 April 2018   08:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

"Aku pakai motor hitam aja, Pa. Ini kan cuma sarana," kata Daniel Lintang. Dengan sadar Daniel memilih memakai motor hitam keluaran awal tahun 2000 daripada motor warna orange keluaran tahun 2016. Sepintas penyataan ini terkesan biasa saja. Tetapi bila sedikit ditelisik lebih jauh, maka Daniel hendak menyampaikan bahwa ia sedang belajar memahami bahwa sarana ditempatkan untuk mendukung pencapaian tujuan.

Don't Judge the Book by its Cover

Rambut Daniel yang dibiarkan gondrong sedikit menyamarkan bahwa ia masih kelas 11. Disamping berat badannya yang sudah mendekati angka 80 kilogram. Motor hitam dipakai dari rumah ke terminal Prambanan. Perjalanan ke sekolah kemudian disambunglanjutkan naik angkutan umum. Dengan tarif sebesar Rp1.800,00 untuk sekali perjalanan, biaya angkutan umum masih terjangkau. 

Dibandingkan dengan mengendarai sepeda motor dari rumah ke sekolah, naik angkutan umum serupa bus dapat lebih menjamin keselamatan. Seperti diketahui, kepadatan kendaraan bermotor di jalan raya dan pola kendara menjadi ancaman tersendiri bagi keselamatan berkendara. Memang diperlukan kesabaran lebih bila memakai angkutan umum karena waktu tempuh menjadi lebih lama.

Pertanyaan tentang di mana letak kampusnya sudah sering diterimanya. Banyak yang menduga ia sudah duduk di bangku kuliah dalam penampilannya saat ini. 

Rambut gondrong, pakaian bebas dan sepatu sandal memang sudah sejak lama menjadi ciri khas dari SMA Kolose Johannes De Britto. Sekolah yang diselenggarakan oleh para selibater dari ordo Serikat Jesus. Dalam penyelenggaraan pendidikannya ada penekanan lebih pada pengenalan dan pegembangan kepribadian serta rasa tanggung-jawab.

Siswa sebagai Subyek Pembelajaran

Kepala Sekolah Ag.Prih Adiartanto dalam beberapa kesempatan menyampaikan bahwa pada usia di tingkat SLTA adalah usia untuk mempertimbangkan banyak hal. Tentang pilihan studi di masa mendatang. Tentang pilihan karir. Atau tentang pilihan-pilihan lain terkait masa depan.

Fase ini dapat menjadi fase kritis mengingat usia SLTA juga adalah masa pubertas. Secara etimologis, pubertas berasal dari bahasa Latin yang berarti usia kedewasaan. Kata ini lebih mengindikasikan pada perubahan fisik (daripada perilaku) yang terjadi ketika individu secara seksual menjadi matang dan memiliki kemapuan untuk dapat memberikan keturunan. Masa pubertas ini sering disebut sebagai masa sulit karena individu memasuki tahap baru dalam kehidupannya. 

Merujuk pada urgensi dalam memetakan pengenalan diri, masa depan dan terjadinya perubahan-perubahan fisik yang signifikan, siswa pada tingkat SLTA sudah sepatutnya mendapat perhatian yang lebih intens dari pihak terkait. Setidaknya ada dua pihak yang terkait, yaitu sekolah dan orangtua.

Sekolah secara lebih sempit dapat diwakili oleh para guru yang berperan membantu, mendukung dan banyak memberikan sharing peneguhan atas pilihan-pilihan yang ada. Sementara orangtua memiliki kewajiban untuk memberikan dukungan bagi keberhasilan siswa melampaui masa yang sangat kompleks di jenjang SLTA.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline