Lihat ke Halaman Asli

Adrian Diarto

TERVERIFIKASI

orang kebanyakan

Merebus Air Nira, Berharap Manisnya Harga Gula Merah

Diperbarui: 19 September 2016   20:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sites.google.com

Pernah menikmati sepotong umbi talas hangat yang direbus-matangkan dalam air nira kelapa yang sudah mendidih sebelumnya?

Kalau belum, cobalah meluangkan waktu untuk menikmatinya. Bila beruntung mendapati cuaca sore yang cerah, menikmati umbi talas yang sudah menjadi terasa manis-gurih karena air nira kelapa dan  terasa lembut ketika digigit-kunyah akan terasa istimewa. Secangkir teh hangat-tawar-segar akan menjadi perbaduan yang sepadan.

Tidak perlu dinikmati dengan tempelan merek pada piring dan gelasnya yang menjadikan jauh lebih mahal atas nama gaya-hidup. Tidak perlu dinikmati di suatu tempat khusus yang digagas-rancang-bangun untuk memenuhi imajinasi.

Teras kecil dengan balai yang terbuat dari bambu sudah lebih dari cukup untuk mensyukuri berkat, sambil menikmati hangat sinar matahari sore yang menyelinap di antara pucuk-pucuk pohon itu.

Spiritualitas Tidak Selalu Terwujud-maknai Dalam Laku Ritual

Sepiring umbi talas hangat-manis-lembut dan teh hangat-tawar-segar di teras rumah pada sore yang cerah adalah sebuah saat penuh makna.

Sungguh beruntung kemarin sore boleh menikmati sore yang hebat. Justru bukan di ruang penunjang gaya-hidup di mana pelayannya bersikap ramah dalam skema sebuah keharusan. Dan bertanya tentang inti perjumpaan dengan menanyakan apakah akan dibayar tunai atau memakai produk perbankan bernama kartu-kredit.

Tuan-rumahnya adalah teman ketika masih SD yang menjadi Kepala Dusun, yang sore itu ditemani simboknya yang berkain kebaya dengan atasan berwarna hitam dengan corak bunga-bunga kecil. Sebuah sandal plastik berwarna putih mengalasi kedua kakinya. Tubuhnya yang sudah tidak begitu kuat menampilkan gesture yang selalu santun dan tulus.

Sebentar menemaninya di depan tungku yang dijejali kayu bakar dengan wajan besar di atasnya. Bertanya kabar sambil mengaduk air nira yang sedang direbus. Tidak lama kemudian diambilnya umbi talas dan dimasukkan ke dalam wajan setelah dicuci bersih.

Tuan rumah yang baru turun dari mengambil bumbung air nira yang sudah penuh dan menggantinya dengan yang kosong menyapa kami. Memang tujuan hari itu adalah menemui tuan rumah. Untuk menyelesaikan beberapa hal.

Pada pertengahan pembicaraan, simboknya menyajikan sepiring talas yang masih panas dan disusul dengan teh hangat-tawar-segar.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline