Lihat ke Halaman Asli

Landasan-landasan Pembelajaran Kooperatif

Diperbarui: 26 Juni 2015   10:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

1.    Sejarah Pembelajaran Kooperatif
Beratus tahun lalu Talmud mengatakan bahwa untuk memahami konten-konten, setiap pembaca harus mempunyai seorang partner belajar. Pada permulaan abad ke 1, Quintillion menganjurkan bahwa murid-murid dapat memperoleh keuntungan dari mengajar satu sama lain. Seneca, seorang filosof Romawi, menganjurkan "cooperative learning" (pembelajaran kooperatif) melalui ungkapan seperti "Qui docet discet" = Bila anda mengajar, anda belajar dua kali); dan Johann Amos Comenius (1592-1679) percaya bahwa murid-murid dapat memperoleh keuntungan baik dengan mengajar & diajar, maupun dengan murid-murid lain.

Pada akhir 1700 an, Joseph Lancaster & Andrew Bell menganjurkan penggunaan secara ekstensif kelompok-kelompok pembelajaran kooperatif di Inggris, dan ide itu dibawa ke Amerika Serikat. Selama banyak periode (di USA) pembelajaran kooperatif dianjurkan dan dipergunakan secara luas untuk meningkatkan pencapaian tujuan-tujuan pendidikan.

Bagaimana di Indonesia ? Perlu studi !
Pada pertengahan 1960 an (di USA) mulai diselenggarakan pelatihan guru-guru dalam mempergunakan pembelajaran kooperatif di Universitas Minnesota. Pusat Pembelajaran Kooperatif didirikan sebagai suatu hasil usaha untuk :

-    mensintesis pengetahuan mengenai usaha-usaha kooperatif, kompetitif, dan individu-alistik;
-    memformulasi model-model teoritik mengenai sifat kooperasi dan komponen-komponen esensialnya;
-    menyelenggarakan suatu program riset sistematik untuk mengkaji teori-teori itu;
-    menerjemahkan teori yang divalidasi ke dalam suatu perangkat strategis dan prosedur-prosedur yang konkrit

untuk mempergunakan "cooperation" (bekerja bersama) di kelas-kelas,   sekolah-sekolah, dan di lingkungan Dinas-dinas Pendidikan;

-    membentuk dan memelihara suatu "network" (jaringan) sekolah-sekolah dan perguruan-perguruan tinggi mengimplementasi strategi-strategi & prosedur-prosedur kooperatif - tersebar di                 Amerika Utara & berbagai negara lain di dunia.

Pada awal 1970 an David DeVries & Keith Edwards pada Universitas "Johns Hopkins" (di Amerika Serikat) mengembangkan TGT (Teams-Games-Tournaments) dan Sholmo mengembangkan prosedur investigasi kelompok bagi kelompok-kelompok pembelajaran kooperatif. Pada akhir 1970 an, Robert Slavin memperluas karya DeVries & Edwards dengan memodifikasi TGT ke dalam STAD (Student-Team-Achievement-Divisions) dan memodifikasi "computer-assisted instruction" ke dalam TAI (Team-Assisted Instruction). Secara berbarengan, Spencer Kagan mengembangkan prosedur "Co-op  Co-op" dan pada 1980 an Donald Dansereau mengembangkan sejumlah prosedur kooperatif - yang disebutnya "scripts" (naskah-naskah acuan).

Bagaimana di Indonesia ? Menurut hemat penulis N.A Amtembun , strategi pembelajaran kooperatif ini sudah & sedang dikembangkan ... kendatipun masih sporadis dan informalistik sifatnya. Melalui tulisan ini, mudah-mudahan strategi pembelajaran ini dilegalisasi & digalakkan implementasinya - terutama di sekolah-sekolah yang kini sedang mengembangkan Sistem SBM (School-Based Management) atau MBS (Manajemen Berbasis-Sekolah).
Selanjutnya dibahas landasan-landasan teoritik dan penelitian bagi strategi pembelajaran ini.

N.A Ametembun Strategi Pembelajaran Kooperatif

http://supervisiametembun.blogspot.com/

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline