Lihat ke Halaman Asli

Dian Zahra

Mahasiswa Psikologi - Fakultas Psikologi - Universitas Muhammadiyah Banjarmasin

Fatherless: Bagaimana Ketidakhadiran Seorang Ayah Mempengaruhi Perkembangan Anak

Diperbarui: 23 Juni 2024   21:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Ayah merupakan sosok orang tua yang kuat, tegar, dan penuh tanggung jawab. Anak yang hidup tanpa mendapatkan kasih sayang dari ayah secara langsung akan berdampak negatif bagi kehidupan anak kedepannya. Kekuatan kepribadian anak merupakan hasil dari bentuk pengasuhan dan penanganan yang baik dari kedua orang tua. Ketika salah satu dari kedua orang tuanya tidak hadir dalam proses pengasuhan, maka terdapat ketimpangan dalam perkembangan psikogis anak, khususnya dalam perkembangan moral anak.

Piaget menjelaskan bahwa pemahaman anak mengenai moral sudah muncul sejak usia 4 tahun. Kualitas moral tinggi dibutuhkan untuk  membuat anak sukses dalam kehidupan dirumah maupun di lingkungan. Anak yang memiliki kualitas moral tinggi dapat dikatakan anak cerdas secara moral. Kepribadian, kesehatan mental dan pertahanan diri dari stress akan terasa sulit ditangani oleh anak yang tidak genap mendapati pengasuhan dari kedua orangtuanya.

Fatherless dapat diartikan sebagai anak yang melalui masa tumbuh kembangnya tanpa kehadiran sosok ayah, hilangnya sosok ayah karena bercerai atau anak yang memiliki ayah tetapi tidak merasakan hadirnya sosok ayah. Fatherless mengacu pada tidak adanya peran ayah dalam kehidupan seorang anak, yang dapat bersifat fisik maupun psikis.

Fatherless atau father absence adalah suatu kondisi ini tidak adanya figur ayah dalam pola asuh anak. Seseorang dapat dikatakan megalami kondisi fatherless ketika ia memiliki ayah atau tidak memiliki hubungan dekat dengan ayahnya karena situasi dan kondisi tertentu. Makna fatherless berbeda dengan kehilangan ayah karena meninggal atau disebut yatim.

Indonesia disebut sebagai salah satu fatherless country atau negara tanpa ayah tertinggi ke-3 di dunia. Faktor penyebab fatherless adalah perceraian atau perpisahan, kematian, pekerjaan atau penugasan, lalu ayah yang memilih untuk tidak terlibat dalam kehidupan anaknya, serta kondisi kesehatan mental atau ketergantungan yang menghambat kemampuan ayah untuk berperan aktif.

Berdasarkan data dari United Nations Children's Fund (UNICEF) tahun 2021. Sekitar 20,9% anak-anak di Indonesia tumbuh tanpa kehadiran ayah. Pada sisi lain, menurut data Susenas 2021, jumlah anak usia dini di Indonesia mencapai 30,83 juta jiwa. Dari jumlah tersebut, 2,67% atau sekitar 826.875 anak usia dini tidak tinggal bersama ayah dan ibu kandung. Kemudian, 7,04% atau sekitar 2.170.702 anak usia dini hanya tinggal bersama ibu kandung. Artinya, dari jumlah 30,83 juta anak usia dini yang ada di Indonesia, sekitar 2.999.577 orang kehilangan sosok ayah atau tidak tinggal bersama dengan ayahnya. Tentu ini jumlah yang banyak, belum lagi anak yang tidak mendapatkan perhatian, kasih sayang, dan cinta ayah, meskipun ayah ada secara fisik. Ironis memang, padahal peran ayah sangat signifikan bagi anak

Anak yang tidak memiliki sosok ayah mengalami berbagai masalah hubungan dan fisik, serta masalah psikologis seperti depresi dan nilai akademik yang rendah. Keterlibatan ayah dalam pola asuh memiliki efek positif pada semua aspek perkembangan anak, termasuk perkembangan kognitif, intelektual, emosional, sosial, moral, dan pengurangan perkembangan negatif anak. Keterlibatan ayah meningkatkan kemampuan anak untuk berempati, menumbuhkan kasih sayang dan perhatian, serta meningkatkan keterampilan sosial.

Peran ayah sangat penting dalam mendukung perkembangan emosional, sosial, dan kognitif anak.  Ketidakhadiran ayah, baik fisik maupun emosional, dapat meninggalkan dampak signifikan pada kehidupan anak. Meski demikian dengan dukungan dari keluarga, komunitas, dan kebijakan yang tepat, anak-anak "fatherless" tetap memiliki peluang untuk tumbuh dan berkembang secara optimal. Kita semua memiliki tanggung jawab untuk mengisi kekosongan ini, memastikan setiap anak mendapatkan dukungan yang mereka butuhkan. Dengan perhatian dan kerjasama, kita bisa membantu anak-anak ini mencapai potensi penuh mereka dan menghadapi masa depan dengan keyakinan dan kekuatan.

Sumber :

Kiromi, I. H. (2023). Dampak Anak yang Dibesarkan dalam Keluarga Tanpa Sosok Ayah (Fatherless) pada Kecerdasan Moral. Zuriah: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 1(1), 11--16. https://ejournal.kalamnusantara.org/index.php/zuriah/article/view/36

Aritonang, S. D., Hastuti, D., & Puspitawati, H. (2020). Mothering, Father Involvement in Parenting, and Cognitive Development of Children Aged 2-3 Years in the Stunting Prevalence Area. Jurnal Ilmu Keluarga Dan Konsumen, 13(1), 38--48. https://doi.org/10.24156/jikk.2020.13.1.38

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline