Lihat ke Halaman Asli

Cerahnya Bromo di Bulan Desember

Diperbarui: 24 Juni 2015   03:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1389176679995117121

[caption id="attachment_314648" align="aligncenter" width="614" caption="Bromo dengan pesonanya (Dok: Basuki Wibowo)"][/caption] "Buat apa ke Bromo akhir tahun? Pasti hujan, mendung, percuma." Begitu ujar teman dan Adik saya kala saya utarakan mau pergi ke Bromo bersama rekan-rekan kantor. Dan siapa bilang langit Bromo mendung? Diguyur hujan? Memang waktu kami baru saja mendarat hujan sempat mengguyur kota Malang dan Batu beberapa saat. Bahkan di sore harinya pun selepas arung jeram kami masih diguyur hujan. Beruntung! Saat ke Bromo langit seolah ceria menyambung saya dan rombongan. Berangkat jam setengah 12 dini hari demi melihat mentari pagi yang masih sembunyi di ufuk barat, membuat saya dan rekan satu jip saya mengantuk luar biasa. Dahsyatnya lagi walau digunjang kanan kiri, depan dan belakang, para wanita di sebelah malah tertidur pulas, termasuk saya sepertinya (tidak ingat lagi hahaha) sedangkan dua pria yang duduk di belakang bersama saya siaga. Entah mual atau deg-degan. [caption id="attachment_314599" align="aligncenter" width="532" caption="Sebelum semua penumpang terpejam (Dok: Pribadi)"]

1389159057642911936

[/caption] Sebelum melihat sunrise bahasa keren matahari terbit kami disuguhi teh atau jahe hangat dulu ditambah pisang goreng untuk mengisi perut yang mulai kedinginan. Asli makan pisang goreng di daerah pegunungan rasanya luar biasa, surgaaaa...!! Jahe hangat pun ludes masuk lambung. [caption id="attachment_314600" align="aligncenter" width="454" caption="Cantiknya langit kala fajar menyingsing (Dok: Inne)"]

1389159407612197585

[/caption] Sayang kamera saya kurang maksimal untuk menangkap siluet fajar, hanya bisa mengabadikan dari jauh, karena untuk memotret kawah, butuh perjuangan naik-naik pagar pegangan pembatas besi, bahkan tak jarang sampai menerobos kawat besi. Setelah menembus kerumunan, cukuplah saya tahu diri, bergantian dengan turis Jepang yang memberi saya kesempatan mengambil gambar ini. [caption id="attachment_314601" align="aligncenter" width="570" caption="Beruntung para turis mau berbagi tempat. (Dok: Pribadi)"]

13891595132072689579

[/caption] Tak puas saya berjalan ke sebelah kanan dan ikut mepet turis Perancis untuk memotret kerumunan pengunjung. [caption id="attachment_314602" align="aligncenter" width="626" caption="Ambil foto pakai antri (Dok: Pribadi)"]

13891595691547064674

[/caption] Sayang masih banyak penjual bunga edelweis disini. Padahal bunga ini termasuk bunga langka dan sudah dilarang untuk dicabut. Harganya pun beragam, yang semula menawarkan pada saya Rp 30ribu bisa diobral sampai Rp 15ribu. Ya ampun, nggak sebanding dengan alam yang dirusak. Walau bentuknya lucu-lucu ada yang teddy bear dan variasi bentuk lainnya, entah kenapa saya tetap enggan membelinya bahkan buat jagoan di rumah. Dalam hati, sepertinya lebih baik diajak langsung kesini daripada dioleh-olehi bunga edelweis. [caption id="attachment_314603" align="aligncenter" width="397" caption="Transaksi penjualan edelweis. (Dok: Pribadi)"]

13891596141388994518

[/caption] Ketika matahari telah menampakkan diri dengan sempurna saya dan rekan-rekan kembali ke jeep untuk menyusuri lautan pasir di Bromo. Nah perjalanan ini sungguh keren. Pemandangan kiri tebing kanan jurang, jalanan yang berliku-liku, naik dan turun. Kebetulan supir kami, Pak Saman ini meskipun sudah beruban dimana-mana jago sekali salip kanan-kiri. Supir-supir junior pun dilewatinya satu per satu. Kami konvoi sekitar 11 jeep. [caption id="attachment_314604" align="aligncenter" width="576" caption="Ki: wajah santai Pak Saman saat menyetir tetap cool. Ka: kanan tebing kiri jurang tidak menghalangi salip-salipan (Dok: Pribadi)"]

13891597051524445823

[/caption] [caption id="attachment_314605" align="aligncenter" width="562" caption="Menembus kabut pasir berbisik di pagi hari (Dok: Pribadi)"]

1389159795510479602

[/caption] Kami pun tiba, gunung Bromo di depan mata, puluhan kuda menghampiri. Beragam kusir dengan ciri khas berkalung sarung dan hanya bercelana kain lengkap dengan sendal jepit dan topi kupluknya menawarkan kuda dengan ongkos Rp 100 ribu PP untuk sampai ke tangga. Saya dan rekan-rekan seperjalanan memutuskan berjalan. Selain ingin foto kami ingin santai menikmati setiap momen yang ada. [caption id="attachment_314606" align="aligncenter" width="640" caption="Gagahnya Bromo bertanding dengan tangguhnya Jip (Dok: Pribadi)"]

13891598621571931226

[/caption] [caption id="attachment_314608" align="aligncenter" width="640" caption="Naik kuda pancen oyeee (Dok: Basuki Wibowo)"]

13891600361384037413

[/caption] Sebelum sampai atas ternyata rombongan sudah terpencar, ada yang jalan duluan, ada yang sudah ngos-ngosan jadi naik kuda, saya dan Mba Pungky teman seperjalanan memutuskan tetap jalan, menemukan spot bagus sedimen pasir sebagai latar foto, kami pun berpose. [caption id="attachment_314611" align="aligncenter" width="625" caption="Sedimen ini terbentuk alami dari aliran magma dari perut Bromo (Dok: Pribadi)"]

1389160265179661789

[/caption] Ada pemandangan menarik kala menaiki anak tangga, tampak orang sedang beribadah dan memberikan persembahan kepada gunung Bromo. [caption id="attachment_314612" align="aligncenter" width="640" caption="Suku Tengger menghargai alam sebagai bentuk kearifan lokal (Dok: Basuki Wibowo)"]

1389160312969442194

[/caption] Walau bukan termasuk mendaki gunung ala pecinta alam, menaiki anak tangga juga butuh usaha lho. [caption id="attachment_314613" align="aligncenter" width="640" caption="Naik-naik ke puncak Gunung (Dok: Acho)"]

13891603701348150099

[/caption] Begitu sampai di puncak, aroma khas belerang yang mulai tercium di anak tangga makin tercium dengan kuat. Begitu sampai puncak pun puas sekali rasanya. Sebelum kembali ke Jip saya bersama Mba Pungky pun menyempatkan mencicipi hangatnya semangkuk bakso pedas dan panas di Bromo. Bromo lengkap dengan: suku Tengger yang menjaga keseimbangan alam dan kebersihan lingkungan sekitar, kontroversi penjualan bunga edelweis, kecantikan pesona langitnya kala matahari terbit, petualangan mengarungi pasir dan menjelajah rute menantang dengan Jip, kuliner bakso khas Malang yang bisa dijumpai di sekitaran Bromo. Pemandangan dan pesona daya tarik Bromo membuat rindu untuk kembali. Masih banyak gunung lain di Indonesia yang menarik untuk didaki, dikunjungi dan dihirup udara bersihnya. Kunjungi Indonesian Travel untuk info lebih lanjut tentang potensi wisata alam di Indonesia. Salam jalan-jalan :) [caption id="attachment_314614" align="aligncenter" width="640" caption="Kegagahan kawah Bromo dengan asapnya (Dok: Acho)"]

138916041534788721

[/caption] [caption id="attachment_314615" align="aligncenter" width="379" caption="Perasaan puas ketika sudah mencapai puncak tidak tergantikan (Dok: Acho)"]

1389160499155918877

[/caption] [caption id="attachment_314617" align="aligncenter" width="640" caption="Barisan penunggang kuda Bromo (Dok: Pribadi)"]

13891605662071210771

[/caption]



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline