Lihat ke Halaman Asli

Kisah OSIS vs Pembully Sekolah

Diperbarui: 11 Maret 2024   09:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aksi bullying terjadi di kantin sekolah pada seorang gadis kelas sepuluh bernama Runi. Ketiga orang sebagai Pembully diserahkan pada osis yang kebetulan melihat kejadian itu secara langsung. Sedangkan korbannya yaitu Runi dibawa ke toilet untuk membersihkan diri sebelum berakhir sidang di Ruang Bimbingan Konseling menghadap pak Komat. 

Keributan tidak dapat dihindari. Tidak ada yang berani memisahkan tiga perempuan cantik dan bergaya kemayu menciptakan aksi ribut lantaran alasan tidak ingin ikut-ikutan. Padahal disaksikan orang banyak. Penghuni kantin memilih menonton bahkan terang-terangan bersorak. Tidak tertinggal untuk menyimpan di galeri sebagai aib.  

Tidak habis pikir, sebuah perkara karena iri lantaran Runi selalu menjadi ratu siswa terpintar dari sekian juara kelas, atau ada yang menyinggung perebutan 'cowok' bernama Karrel. Mereka nekat membully seorang gadis polos dengan terang-terangan. Gadis manis dan berkacamata tadinya sedang makan berdua dengan sahabatnya, tiba-tiba Jesslyn dan kedua temannya mendatangi gadis bernama Runi itu. 

Aksi mereka yang buruk sangat tidak mencerminkan pelajar, persis kelakuan antagonis berada di sebuah buku novel remaja pernah Safira baca. Atau pada serial drama pernah Safira tonton. Melabrak dan mendorong orang dengan kasar berujung menumpahkan segelas air berwarna orange membasahi tubuh sang korban. Mencibir sekaligus memaki dan mengomentari segala perlakuan yang mempermalukan Runi. Kemudian viral menjadi perbincangan seantero sekolah. Hei, dia itu anak orang! 

Sedangkan yang dibully justru diam bak orang lemah. Beranggapan bahwa melawan dirasa percuma. Pembully itu akan tetap semena-mena. Tidak lupa berharap akan ada pangeran sebagai penolong. Jika tidak ada, dia akan menangis tergugu meratapi nasib dirinya yang penakut dan pengecut. 

Klasik, Safira mengatai sepenggal cerita itu klasik. Namun faktanya, perlakuan aksi bullying memang benar, nyata, ada dan Safira tidak mengelak. Oke, Safira paham. Mental seseorang tidaklah semua sama. Tetap saja selama ini, dia belum menemukan arti 'keuntungan' terkandung dari aksi melabrak-dilabrak tersebut. 

Oke cukup, beralih pada ketiga cewek masih mengeluarkan aura tidak suka. Sok merapihkan pakaian dirasa sedikit kusut. Menutupi muka terasa panas karena sinar matahari menyorot. Terakhir bersedekap dada menunggu Safira bertindak melakukan apa. Ck, mereka ini. Orang dari kalangan atas dan merasa 'paling' dari yang lain. Menatap 'aneh' orang dirasa tidaklah normal. Merasa 'sepat' mata jika melihat seseorang dari penampilan norak, udik, dan cupu. Tidak gaul seperti mereka kenal pada zaman ini yang modis dan tentu cantik. 

"Hukuman kalian bertiga bersihin halaman sampai bersih. Sampah jangan lupa di buang, tanaman silahkan tata kembali dan rapihkan," tutur Safira dalam memberikan hukuman. 

Jesslyn tersenyum sinis. "Apa kau pikir kita mau?" Didukung angkat dagu kedua teman sama-sama angkuh. Eva dan Laura, menantang. 

"Lupa ya aku osis disini, kamu ngelawan artinya cari perkara sama aku," balas Safira. 

"Kenapa sih, osis selalu aja ikut campur urusan orang? Ini tuh masalah aku sama si cupu itu. Dan kau gak diajak! Kenapa coba repot-repot misahin kita lagi kasih pelajaran sama tuh cupu," gerutu Jesslyn ditanggapi malas Safira. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline