Lihat ke Halaman Asli

Diantika IE

Freelancer

Memperingati Hari Ibu di Tengah Beban yang Kian Berat

Diperbarui: 25 Desember 2023   00:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Muhamad Harun Rabiyudin/unsplash 

Selamat hari ibu bagi para ibu hebat di seluruh Indonesia. 

Memperingati hari ibu membuat kita semakin sadar bahwa jasa ibu kepada kehidupan kita tidak akan pernah lunas dibayar dengan apapun. Pengorbanan yang diberikan untuk anak-anaknya begitu besar. Seluruh hidup ibu didedikasikan untuk sang anak, yang penting anak bisa tumbuh dengan sehat, maka ibu akan melakukan apapun yang terbaik. 

Menjadi ibu adalah kodrat, sebuah ketetapan dari Tuhan yang tidak bisa diubah. Meskipun kekinian tidak sedikit perempuan yang menolak menjadi ibu dengan memilih untuk tidak memiliki anak didasari berbagai alasan dan pertimbangan pribadi. Tentu saja hanya dapat dipahami oleh orang-orang tertentu yang memang sama-sama memiliki alasan kuat dan pemahaman yang sama tentang arti kehadiran seorang anak.

Akan tetapi yakinlah, walaupun tidak melahirkan anak dari rahim sendiri, naluri ibu akan mengalir di dalam jiwa seorang perempuan waras yang masih berakal dan bermental sehat. Kasih sayang dan cinta seorang ibu akan selalu ada. Perempuan yang menjadi ibu akan sangat mencintai anak-anak yang dilahirkannya, yang menjadi tante akan sangat menyayangi keponakannya, sebagai kakak perempuan pun akan menjadi penjaga dan pelindung bagi adik-adiknya. 

Sebelum zaman bergeser menjadi dunia yang menakutkan, menjadi seorang ibu adalah peran mulia yang benar-benar dirindukan. Beban terbesar seorang ibu bisa dibilang hanya sebatas menjaga, mengurus dan memastikan anak-anak tumbuh dan berkembang dengan normal. Menjaga dan memberikan pendampingan penuh, membuat peran ibu sangat berarti dalam pembentukan sikap mental dan spiritual anak-anak. Anak-anak pintar dan seha, tumbuh dewasa menjadi pribadi yang tangguh serta bisa diandalkan adalah sebuah pencapaian yang luar biasa kala itu. 

Namun kini, ketika zaman telah bergeser jauh dari batas normal, tantangan menjadi ibu kian berat. Berbagai ancaman mengepung di mana-mana. Bukan hanya di dunia luar yang jauh dari rumah, di lingkungan keluarga sendiri pun bahaya itu bisa saja mengintai anak-anak. 

Krisis mental dan etika pada anak yang dipicu oleh buruknya lingkungan pergaulan dan pengaruh media sosial, maraknya kasus penculikan dan penjualan anak yang dilakukan orang tidak dikenal bahkan tetangga sendiri, kasus fedofilia, hingga pemerkosaan yang dilakukan oleh orang terdekat, membuat seorang ibu nyaris kehilangan akal, bagaimana sesungguhnya cara yang tepat untuk melindungi anak-anaknya dari bahaya. 

Belum lagi berbagai tekanan mental yang diterima oleh seorang ibu. Semisal intimidasi dari keluarga sendiri, nyinyiran yang bersumber dari sesama perempuan, hingga kasus kekerasan dalam rumah tangga yang dilakukan oleh suaminya sendiri, menjadikan beban mental seorang ibu menjadi semakin berat. Karena itu, bagaikan sebuah rangkaian yang saling tersambung dan saling mempengaruhi, ketika mental manusia semakin buruk, ini pun dipicu oleh buruknya mental ibu yang tidak terjaga dengan baik. Karena ibu yang bermental baik tentu akan menghasilkan generasi yang baik pula. 

Lantas apa yang sekiranya bisa dilakukan oleh seorang ibu dalam menghadapi kenyataan dan beban yang semakin berat kekinian? Mungkin beberapa hal di bawah ini bisa dilakukan bersama, agar setiap ibu memiliki kepercayaan diri bahwa perannya masih sangat dibutuhkan untuk menyelamatkan moral manusia. Perannya bagaikan urat nadi yang berfungsi mengalirkan darah yang bersih ke seluruh tubuh manusia.

1. Mempertinggi kualitas diri

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline