Brak! Suara daun pintu terbanting keras. Mengagetkan Ariyo yang sedang asik menonton TV. Ia terperangah, tidak percaya dengan apa yang dilihatnya di antara temaram lampu apartemen yang sudah diganti dengan lampu tidur. Alisya berdiri dengan tubuh bergetar. Tangannya berlumuran darah, kaos oblong yang ia kenakan basah dengan keringat. Sorot matanya tajam, giginya gemerutuk seolah ingin menerkam laki-laki yang selama ini menjadi kekasihnya.
Ariyo gelagapan, tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi. Perlahan ia mendekat mencoba menenangkan. Membujuk dengan lembut, meminta agar Alisya meletakkan pisau belati yang sejak tadi diarahkan kepadanya. Perempuan itu menolak. Tanpa ragu, Alisya terus menyerang maju, mulutnya tidak berhenti mengatakan kalimat-kalimat kebencian. Beberapa kali Ariyo hampir kewalahan menghadapi perempuan yang sedang dikuasai setan.
Malam itu Jakarta diguyur hujan. Kilatan petir memecah gelap. Guntur menggetarkan dinding lantai 19 apartemen kediaman Aryo. Penghuni apartemen yang lain entah di mana. Rasanya ingin dirinya berteriak membuat kegaduhan, demi agar orang-orang menemukannya sedang dalam bahaya.
Bisa saja, dia melakukan hal yang sama, mengambil senjata lalu berduel untuk mempertahankan nyawa. Namun kini yang dihadapinya bukanlah seorang musuh. Melainkan seseorang yang selama ini menjadi kekasihnya.
"Alisya, ada apa dengan kamu sebenarnya?" ucap Ariyo lirih. Seolah kalimat itu ditujukan kepada dirinya sendiri yang belum bisa memahami apa yang sebenarnya terjadi. Gadisnya tiba-tiba melakukan hal yang diluar kewajaran. Mulutnya meracau, mengancam akan membunuh Ariyo, setelah terlebih dahulu menghabisi nyawa Metha, sebelum gadis itu datang ke apartemen.
Bagai dihantam halilintar. Hati Aryo tersentak. Semakin tidak percaya apa yang telah didengarnya. Ia sama sekali tidak menyangka bahwa gadis yang ada di hadapannya sekejam itu.
"Apa aku tidak salah dengar? Alisya, apa yang telah Kau perbuat kepada Metha?" Ariyo tidak bisa menyembunyikan suaranya yang bergetar.
"Iya! Iya! Iya, aku telah melenyapakan nyawanya! Kenapa? Kau masih mencintainya? Biar aku buat Kau menyusulnya malam ini juga!" Bentak Alisya.
Kilapan cahaya petir menyapu wajahnya yang tidak lagi cantik. Wajah yang penuh kemarahan dan api kebenacian. Alisya telah terlalu lama menyimpan dendam. Ariyo laki-laki yang sangat dicintainya ternyata diam-diam masih berhubungan denga Metha. Bahkan mantan istrinya itu masih menerima sejumlah uang, mendapatkan hak penuh rumah mewah, dan satu unit mobil milik Ariyo. Ia merasa bahwa Ariyo telah bersikap sangat tidak adil kepadanya.
Betul, hubungan mereka memang belum sah sebagai suami istri. Akan tetapi apa yang telah Ariyo lakukan di belakanngnya sangat menyakitkan. Alisya sadar, ia hanya makan janji palsu. Janji hidup yang bahagia setelah lima tahun lamanya menjadi kekasih gelap. Kebagahiaan yang ia rasakan ketika mendapat kabar perceraian Ariyo dengan istrinya sirna sudah, setelah mengetahui bahwa Ariyo masih berhubungan baik dengan mantan istrinya itu.
Hatinya remuk. Merasa menjadi perempuan paling bodoh di dunia. Mengharapkan sesuatu yang ternyata tidak benar-benar berpihak kepdanya. Baginya, Ariyo adalah pembohong besar. Pengorbannya yang ia lakukan selama ini sia-sia sudah.