Lihat ke Halaman Asli

Mencetak Kader-kader Kreatif

Diperbarui: 26 Juni 2015   11:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Pernahkah anda berjumpa dengan anak yang pandai mambuat mainannya sendiri? Coba prhatikan, anak tersebut sedang menunjukan kreatifitas yang ia miliki. Lalu apa yang dimaksud dengan kreatifitas?

Kreatifitas bukanlah hal yang muncul dengan sendirinya tanpa adanya upaya-upaya untuk mewujudkannnya. Kreatifitas seorang anak didik perlu digali dengan memberikan sarana yang tepat bagi perkembangan kreatifitas seorang anak. Untuk menggali kratifitas dari seorang peserta didik diperlukan berbagai upaya misanya dengan membiarkan anak didikmelakukan hal yang ia sukai, memberikan waktu luang bagi siswa untuk mengeksplorasi kemampuannya, memberikan dorongan positif yang akan membangkitkan semangat siswa, memberikan sarana yang mendukung terbentuknya kreatifitas dan menciptakan lingkungan yang kondusif bagi peserta didik.

Berdasarkan teori Hamisphere yang dikemukakan oleh Clark (1988) dan Gowan (1989) otak manusia terdiri dari dua belahan. Belahan otak kiri mengatur tentang berfikir teoritis dan menggerakan syaraf tubuh sebelah kanan sedangkan belahan otak kiri mengatur tentang kraetifitas, kesenian dan berfungsi mengerakkan syaraf tubuh sebelah kiri. Berdasarkan teori ini kreatifitas manusia dikendalikan oleh belahan otak kiri.

Kreatifitas dalam diri seseorang juga mengalami tahapan-tahapan perkembangan. Tahapan tersebut menurut Wallas (1991) adalah sebagai berikut:

1.Tahap persiapan(prepatation)

Pada tahap ini, individu berusaha mengumpulkan informasi atau data untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Dengan bekal ilmu pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki, individu berusaha menjajaki berbagai kemungkinan jalan yang dapat ditempuh untuk memecahkan masalah itu. Namun pada tahap ini belum ada arah yang tetap meskipun sudah mampu mengeksplorasi berbagai alternatif pemecahan masalah.

2. Inkubasi (Incubation)
Pada tahap ini individu seolah-olah melepaskan diri untuk sementara waktu dari masalah yang dihadapinya,dalam pengertian tidak memikirkannya secara sadar melainkan” menghadapinya” dalam alam prasadar.

3. Iluminasi(Illumination)
Pada tahap ini individu sudah dapat timbul inspirasi atau gagasan-gagasan baru serta proses-proses psikologis yang mengawali dan mengikuti munculnya inspirasi atau gagasan baru.

4. Verifikasi(Verivication)
Pada tahap ini, gagasan yang telah muncul dievaluasi secara kritis dan konvergen serta menghadapkannya kepada realitas. Pemikiran divergen harus diikuti dengan pemikiran konvergen. Pemikiran dan sikap spontan harus diikuti oleh pemikiran selektif dan sengaja. Penerimaan secara total harus diikuti oleh kritik. Filsafat harus diikuti oleh pemikiran logis. Keberanian harus diikuti oleh sikap hati-hati. Imajinasi harus diikuti oleh pengujian terhadap realitas.

Berdasarkan penjelasan diatas jelas bahwa kreatifitas pada manusia tidak datang adengan sendirinya pada dasarnya setiap manusia memiliki bakat yang ada pada diri mereka masing-masing. Bakat ini perlu diasah agar kita dapat memaksimalkan dan menyalurkan bakat yang kita miliki. Bakat yang disalurkan dengan baik akan memunculkan adanya kreatifitas pada diri individu namun sebaliknya bakat yang tidak disalurkan akan statis dan tidak mengalami perkembangan. Sebagai contoh, siswa yang memiliki bakat menggambar hendaknya mendapatkan sarana untuk berekspresi dengan memberikan buku gambar atau dilatih dengan baik unuk menjadi seorang desainer atau bidang lain yang erat kaitannya dengan bakat yang ia miliki. Namun jika kita tidak memberikan media yang tepat bagi anak tersebut bukan tidak mungkin anak tersebut menggunakan tembok ekolah, meja sekolah atau baju temannya sebagi media menyalurkan bakatnya dengan cara coratcoret tidak beraturan.

Berdasarkan contoh diatas terlihat bahwa bakat adalah asal muasal timbulnya suatu kreatifitas sehingga sebagai pendidik kita hendaknya memfasilitasi agar anak didik kita dapat menyalurkan bakat mereka sehingga dapat menunjukan kreatifitas yang mereka miliki. Biarkan mereka mengeksplorasi kemampuan yang mereka miliki, tugas kita hanya mengawasi dan mengarahkan agar kreatifitas mereka tidak menjadi bumerang bagi diri mereka sendiri dengan cara tersebut kemungkinan untuk menciptakan generasi penerus yag kreatif akan terbuka dengan lebar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline