Lihat ke Halaman Asli

Dian Rifiyati

Dosen Pendidikan Islam di Fakultas FTIK UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan

Menulis di Atas Pasir, Menulis di Atas Batu

Diperbarui: 13 Oktober 2023   11:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

iStock

MENULIS DI ATAS PASIR, MENULIS DI ATAS BATU

Ada sebuah cerita dimana ada 2 anak laki-laki sedang bermain di pantai pada sore hari. Dua anak lelaki tersebut adalah anak kembar yang memiliki muka yang berbeda atau sering disebut kembar tidak identik. Anak kembar tersebut memiliki warna kulit yang berbeda, yang satu sawo matang sedangkan yang satunya kuning langsat. Mereka berdua sangat asyik bermain mulai dari berkejar-kejaran, berenang,membuat semacam bangunan dari pasir sampai lempar-lemparan pasir. Pada saat lempar-lemparan pasir si kembar yang memiliki warna kulit kuning langsat tidak sengaja melempar pasir dan terkena mata anak kembar yang memiliki warna kulit sawo matang. Seketika itu juga anak yang berkulit sawo matang memukulnya. Tiba-tiba anak yang berkulit kuning langsat mengambil kayu kemudian menulis diatas pasir bahwa dia telah dipukul oleh saudara kembarnya. Anak kembar tersebut kemudian bermain kembali tanpa memikirkan hal-hal yang baru saja terjadi.

Ketika hari sudah mulai petang, mereka segera bergegas pulang. Karena terburu-buru anak yang berkulit kuning langsat jatuh terperosok pada lubang yang agak dalam. Anak kembar yang berkulit sawo matang segera mengulurkan tangannya untuk menolong kembarannya agar bisa segera naik ke atas. Namun setelah berhasil naik ke atas, anak yang berkulit kuning langsat tersebut justru langsung mengambil kerikil dan menulis di atas batu bahwa dia telah ditolong oleh saudara kembarnya. Akhirnya anak berkulit sawo matang bertanya-tanya dengan apa yang dilakukan oleh saudara kembarnya.

Setelah sampai di rumah anak yang berkulit kuning langsat tersebut menjelaskan bahwa hal yang buruk yang dilakukan oleh kembarannya dia tulis di atas pasir agar tulisan tersebut hilang terhapus oleh ombak, maksudnya dia tidak merasa dendam dengan apa yang dilakukan saudara kembarnya, sehingga dia otomatis langsung memaafkan perbuatan buruknya. Sedangkan pada saat di tolong oleh saudara kembarnya, dia menulis di atas batu. Karena tulisan tersebut akan lama terhapusnya, dengan maksud dia akan selalu ingat akan perbuatan baik dari saudara kembarnya dan suatu saat akan membalasnya dengan perbuatan baik.

Dari cerita singkat di atas memiliki pesan bahwa kita jangan selalu mengingat perbuatan buruk yang sudah dilakukan oleh orang lain kepada kita, tetapi ingatlah perbuatan baik yang pernah dilakukannya kepada kita. Dengan begitu kita akan selalu memaafkan orang lain tanpa diminta dan tidak memiliki dendam kepada orang yang sudah berbuat jahat kepada kita. Sebaliknya kita akan berusaha membalas dengan perbuatan baik kepada orang yang sudah berbuat baik kepada kita. Semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline