Meski telah lewat ratusan hari, bagaimanapun jika ingat tuan, lukanya tetap tinggal. Sakitnya tetap ada, dan perihnya tidak hilang. Entah apakah ini wajar. Berkali kali jika tuan ingin tahu, saya mencoba membohongi diri saya dengan mengatakan semua baik-baik saja dan tidak ada apa-apa. Tidak ada yang salah. Semua hanya saya yang pernah menyikapi tuan dengan berlebihan.
Oh, tuan. Dimanakah hati tuan waktu mengatakan kata-kata manis itu? Bagaimana mungkin setelah mengatakan semua yang manis pada saya, kemudian tuan bersama dengan yang lain? Tuan, apakah bagi tuan saya begitu terlihat seperti ‘mainan’ yang mengasyikan? Untuk mengisi waktu luang tuan? Berkali-kali dalam hidup saya sejak tuan membuat luka, saya mengatakan pada diri saya tuan tidak bersalah. Itu wajar. Semua sah selama tuan masih mencari yang terbaik untuk dikasihi. Apalagi untuk mendampingi hidup tuan kelak.
Tapi tuan, bisakah anda berhenti saja disitu? Tempat dimana tuan membuang dan meninggalkan saya. Jangan datang lagi dan berkeinginan memungut saya kembali. Mengapa tuan sejahat itu? Bukankah gadis pilihan tuan jauh lebih segalanya dibanding saya yang hanya ‘sampah’?
Teganya tuan memperkenalkan dia pada saya dengan perasaan bangga dan gembira. Tuan, mungkinkah tuan punya kelainan? Semacam kerusakan mental? Ada apa dengan tuan? Mungkinkah hal itu bagian dari kemampuan tuan? Bermain-main dengan kepuasan tuan seorang? Kalau begitu, jangan datang lagi lalu mengatakan segala hal yang lebih manis dari yang sebelumnya.
Tuan, saya hampir gila. Menghadapi tuan memperlakukan saya seperti kekasih tuan. Tetapi, sesekali tuan bersama dan bermesraan dengan kekasih tuan yang asli didepan saya tanpa canggung. Tuan, apa yang jadi isi kepala dan hati tuan? Ada apa dengan kita, bisakah tuan menjawabnya?
Saya dengar dari seorang sahabat bahwa tuan merindukan kita untuk kembali dekat. Keinginan tuan itu membuat saya jadi terlihat jahat. Saya juga ingin berhubungan baik dengan tuan dan tidak berkeberatan untuk menjalin persahabatan kembali. Tapi tuan, saya sadar hal itu dapat menimbulkan perselingkuhan. Jadi maaf, kalau saya akhirnya membangun tembok yang cukup besar diantara kita.
Tuan bagaimana bisa saya membiarkan tuan mendekatkan diri pada saya setelah kerenggangan kita akibat pertengkaran yang hebat? Sekalipun orang-orang mengatakan hal itu hanya untuk membuat kita kembali bersahabat. Apakah itu mungkin, tuan?
Saya lebih tahu bagaimana cara tuan memperlakukan saya dalam kedekatan kita. Saya tidak mungkin dapat menyangkal bagaimana cara tuan sesekali menatap saya dan ketika berbicara pada saya. Saya tidak mau menjadi lemah dan goyah lagi. Karena itu, saya menjadi sangat keras terhadap tuan. Apakah itu membuat tuan sedih? Maaf. Hanya saja saya bukan lelucon, tuan..
Suatu kali ada yang bertanya pada saya. Bagaimana jika tuan benar-benar datang kembali pada saya, dan meninggalkan kekasih tuan, lalu apa yang akan menjadi respon saya. Saya terdiam.. dan bertanya-tanya sambil menahan perasaan merinding. Tuan apakah itu mungkin terjadi? Tolong jawab, tidak untuk itu. Jangan sekali-kali melakukannya.
Saya bukan orang yang sudi kembali pada tempat yang bukan seharusnya. Berkali-kali saya memohon kepada Tuhan, supaya tidak akan pernah membiarkan tuan datang kembali pada saya. Apalagi menakdirkan kita berdua untuk bersama. Tuan, maukah anda juga berdoa yang sama dengan saya?
Saya ingat dulu tuan pernah bercerita pada saya tentang kekasih tuan. Singkat cerita, tuan merasa tidak cocok dan tidak nyaman dengan dia. Diskusi itu membuat saya sadar tuan menyesali keputusan untuk bersamanya. Tapi bagaimanapun, tuan tidak boleh menceritakannya pada saya. Ceritakan saja hal itu pada oranglain. Supaya saya tidak memanjakan perasaan saya dengan mengira yang tuan inginkan adalah saya.