Sebentar lagi kita akan memasuki tahun 2023 dimana belakangan ini banyak sekali pemberitaan soal isu resesi. Presiden Jokowi meminta masyarakat berhati-hati mulai saat ini. Dia menyatakan tahun 2023 akan menjadi tahun yang gelap akibat krisis ekonomi, energi dan pangan akibat pandemi Covid-19 dan perang antara Rusia-Ukraina. Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati, menegaskan Indonesia tidak boleh mengabaikan kemungkinan peningkatan risiko resesi. “Kita akan menghadapi 2023, yang mana akan jauh lebih beisiko dalam hal pangan. Inisiatif, kolaborasi, setelah kami mengidentifikasi dan menguji solusinya, maka kami akan bisa melihat isu apa yang membutuhkan penanganan segera,” ujar Sri Mulyani dalam konferensi pers setelah pertemuan antara Menteri Keuangan dan Menteri Pertahanan G20 di Washington DC.
Namun perlu kita ketahui bahwasanya pemberitaan terkait resesi ekonomi masih berupa potensi atau dugaan. Berdasarkan data, pertumbuhan Indonesia sampai saat ini tidak menunjukan tren negatif.
Pertumbuhan ekonomi nasional pada triwulan III-2022 tercatat sebesar 5,72% (yoy). Menguatnya pemulihan ekonomi ditunjukkan oleh pertumbuhan ekonomi Q3 2022 dibandingkan Q2 2022 sebesar 1,8% (qtq). Dengan tingkat pertumbuhan ini, level PDB nasional secara kumulatif s.d. triwulan III-2022 berada 6,6% di atas level kumulatif I-III 2019.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan “Kita kemarin menyaksikan rilis data PDB kuartal ketiga oleh BPS dimana pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,72% sedikit di atas angka proyeksi Kementerian Keuangan yang sebesar 5,7%. Pencapaian ini mencerminkan terus menguatnya pemulihan ekonomi nasional di tengah peningkatan ketidakpastian prospek ekonomi global,”
Di kelompok negara G20, IMF memprediksi tingkat pertumbuhan ekonomi tertinggi pada 2023 akan diraih India, Indonesia, dan Tiongkok. Sedangkan pertumbuhan terendah dialami Rusia, Jerman, dan Italia dengan rincian seperti terlihat pada grafik.
Dikarenakan isu resesi 2023 ditekankan pada krisis energi dan pangan mari kita lihat kondisi Indonesia dari dua sektor tersebut.
Ketahanan Indonesia di sektor energi?
- Listrik Lebih dari 50% bearasal dari batu bara. Berdasarkan data dari rencana Kementerian ESDM (Energi & Sumber Daya Mineral) kebutuhan batu bara mencapai 188,9 juta ton pada tahun 2022, dan 195,9 juta ton untuk tahun 2023. Produksi batu bara mencapai 360,7 juta ton dari targer produksi 663 juta ton. Cadangan batu bara sebesar 37 miliar ton.
- BBM Perlu diperhatikan karena Negara opec akan mengurangi ekspor sehingga akan menaikkan harga BBM di tahun 2023.
Ketahanan Pangan Indonesia?
Berdasarkan data dari portal informasi Indonesia Tahun 2022 beras nasional surplus. Dibuktikan dengan ketersediaan beras pada tahun 2022 mencapai 36,95 juta ton. Jika kita kurangi dengan konsumsi sebesar 30,90 juta ton, maka terdapat stok sebesar 6,05 juta ton untuk tahun 2023 nanti. Hal tersebut juga dibuktikan dengan meningkatnya produktivitas sawah petani pada tahun 2022 yang mencapai 5,12 ton/ha dari sebelumnya 5,12 ton/ha.