Selama ini banyak anggapan bahwa kegiatan promosi kesehatan di rumah sakit (PKRS) hanya program sambilan yang diselipkan di Instalasi Rawat Jalan dan hanya menjadi tambahan beban biaya bagi rumah sakit. Dan biasanya promosi kesehatan di rumah sakit hanya sebatas penyediaan leaflet tentang kesehatan yang diselipkan di meja poliklinik atau di meja customer service, atau bisa berupa poster dan banner yang mejeng di depan pintu masuk rumah sakit.
Setelah mengunjungi salah satu rumah sakit di Sukabumi yang sudah menerapkan promosi kesehatan dan menempatkannya ke dalam satu instalasi khusus layaknya IGD, Rawat Jalan, Rawat Inap dan lain sebagainya, persepsi bahwa promosi kesehatan hanya cost center bagi rumah sakit berubah seketika. Dengan konsep promosi kesehatan, rumah sakit tersebut menyumbang 80% PAD Sukabumi. Bagaimana bisa ?
Dengan modal awal tidak samapi 100 juta rumah sakit tersebut mendirikan media broadcast berupa radio FM yang jangkauannya sampai penjuru sukabumi dan tv kabel yang siaran lokal di rumah sakit. Radio FM yang siarannya tidak melulu lagu-lagu yang sedang nge-hits tetapi juga obrolan tentang kesehatan, dari mulai penyakit, pencegahan dan pengobatannya. Ada pula talk show dengan professional sebagai nara sumber dari lingkungan rumah sakit. Radio ini juga menerima pendapatan dari iklan kerjasama dengan pihak swasta, perbankan maupun dari kerjasama dengan dinas untuk promosi program-program dinas setempat.
Tv kabel lokal yang siarannya hanya terbatas di lingkungan rumah sakit juga memberikan tayangan promosi informasi edukasi kesehatan yang sangat bermanfaat bagi pasien maupun keluarga pasien. Pertanyaan yang muncul kembali adalah bagaimana dengan sumber daya manusia yang mendukung instalasi promosi kesehatan di rumah sakit tersebut ? berapa besar biaya untuk merekrut tenaga dibidang broadcast ?
Ternyata semua sumber daya manusia yang ada di rumah sakit tersebut dituntut untuk berperan dalam kegiatan promosi kesehatan, dengan memberikan pendidikan kesehatan bagi pasien dan keluarganya. Tenaga broadcast rumah sakit juga tidak merekrut dari luar, namun dari lingkungan organisasi rumah sakit yang dididik dan dilatih secara profesional sehingga tata kelolanya bisa menghasilkan profit langsung bagi rumah sakit layaknya broadcast yang dikelola swasta. Apakah hanya sebatas itu revenue yang didapat dari instalasi promosi kesehatan rumah sakit ? jawabannya adalah ya, jika hanya melihat dari pendapatan langsung instalasi tersebut namun ada keuntungan besar yang didapat rumah sakit secara tidak langsung dari kegiatan tersebut salah satunya adalah dari pasien pemegang jaminan kesehatan nasional / BPJS.
BPJS yang memberlakukan pembayaran rumah sakit dengan sistem paket biasanya menimbulkan masalah, karena selentingan yang beredar ada beberapa rumah sakit melakukan kecurangan dari mulai ‘mengakali’ diagnosa agar dapat klaim lebih besar atau acapkali memulangkan pasien dengan alasan paket habis, dengan kata lain jangan sampai rumah sakit merugi karena pasien masih harus tinggal di rumah sakit karena kondisinya belum sembuh sedangkan paket yang ditetapkan sudah habis sehingga akan menjadi beban biaya bagi rumah sakit.
Hal demikian tidak berlaku di rumah sakit tersebut. Dengan promosi kesehatan yang gencar dilakukan di rumah sakit maka pengetahuan pasien dan keluarga tentang penyakit dan bagaimana mempercepat proses penyembuhan menjadi peluang profit bagi rumah sakit. Jika dengan peningkatan pengetahuan pasien lebih cepat proses sembuhnya maka Length of stay pasien tentu menjadi lebih singkat sehingga sesuai dengan paket yang ditetapkan bahkan lebih cepat dari target paket, sehingga efisien bagi rumah sakit maupun pasien. Kondisi demikian juga berdampak pada meningkatnya bed turn over yang tentunya menguntungkan bagi rumah sakit maupun bagi masyarakat pengguna jasa rumah sakit. Dari efisiensi inilah maka dapat dikatakan bahwa dengan promosi kesehatan rumah sakit maka pendapatan rumah sakit juga akan meningkat.
Dari uraian di atas kiranya dapat menggugah kebijakan top manjemen rumah sakit untuk merubah promosi kesehatan yang tadinya dianggap sebagi cost center menjadi revenue center.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H