Lihat ke Halaman Asli

Taj Mahal, Monumen Egois

Diperbarui: 16 Desember 2018   12:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Travel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

Lebih dari empat tahun lalu saya mendapat kesempatan melakukan perjalanan ke India, untuk mengikuti Konferensi Alzheimer se-Asia. Thanks to ALZI for this. Dan seperti halnya India 1st time traveler, pasti akan menjadikan Taj Mahal sebagai salah satu tujuan wajib. Karena waktu yang kami miliki tidak banyak, maka menyewa seorang pemandu wisata -- yang kemudian menjadikan kami terjebak jeratan fotografer -- adalah solusi cepat untuk mendapatkan semua yang kami perlukan di Taj Mahal.

Perjalanan pagi buta dari Delhi ke Agra cukup nyaman. Agak mengejutkan karena cuacanya lebih dingin dari yang kami harapkan. Asap di udara yang awalnya kami pikir adalah kabut, rupanya memang betulan asal karena polusi. Huff... Ternyata ada yang lebih parah dari Jakarta. Tapi kami menikmati yang diharapkan, berpapasan dengan sapi yang menyeberang jalan di Agra. So postcartic.

Setelah lebih dari tiga jam perjalanan, kami bertemu dengan pemandu wisata kami, saya betul-betul lupa namanya, jadi mari kita sebut dia Khan. Singkat kata, kami masuk ke lingkungan Mahal dengan didampingi Khan dan seorang fotografer. Awalnya kami pikir dia men-charge dengan harga yang terlalu mahal, tetapi ketika melihat hasil foto, dimana kita mendapatkan foto bagus di spot yang menjadi incaran banyak orang, maka ya sudahlah. No money, no honey.

Taj Mahal ada dalam salah satu daftar wajib kunjung saya. Membaca sejarahnya, saya berpikir ketika berhasil masuk, menyentuh setiap jengkal marmernya, maka saya akan menemukan cinta sejati setelahnya. Seperti cinta sejati Raja Mughal Shah Jahan pada istri ke-3 nya, Mumtaz Mahal.

Tetapi setelah sampai di sana, saya sadar bahwa saya keliru. Mahal adalah batu nisan termahal yang pernah dibuat di muka bumi ini. Ada banyak versi tentang Mahal yang dapat kita baca. Ini dia beberapa versinya buat saya:

Monumen Cinta

Mughal Shah Jahan di dalam literatur manapun diceritakan sangat mencintai Mumtaz Mahal. Dia telah gandrung pada perempuan asal Persia ini sejak berusia 14 tahun. Baru lima tahun kemudian Jahan mendapat izin menikahi Mahal dan membawanya ke India.

Semakin cinta Jahan pada Mahal ketika dia menyadari bahwa istrinya memiliki keahlian bermain catur, bermain strategi perang, dan bersedia melahirkan banyak anak untuknya. Mahal adalah satu-satunya istri yang diajak Jahan kemanapun, termasuk ke arena perang, karena bantuannya sangat dibutuhkan Jahan. Maka memenuhi salah satu permintaan Mahal sebelum mati adalah mutlak sebuah kewajiban untuknya.

Mahal yang lahir dengan nama Arjuman Banu Begum meminta Jahan mendirikan bangunan atau monumen yang akan menjadi makamnya. Maka setahun setelah kematian Mahal pada 1631, Jahan mulai membangun Taj Mahal. Lebih dari 20 ribu orang terlibat di dalam pembangunan monumen ini, selama 22 tahun.

Monumen Permohonan Maaf

Versi ini saya dapatkan ceritanya dari salah satu liputan BBC tentang sebuah show di Inggris yang dibuat oleh seniman asal India, Dilip Hiro. Di dalam pementasan ini digambarkan bahwa Mumtaz Mahal adalah permaisuri yang luar biasa cerdas namun juga kejam.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline