Lihat ke Halaman Asli

Siring Ramah Lingkungan

Diperbarui: 17 Juni 2015   20:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Hari ini saya mengantar orangtua berobat di rumah sakit pemerintah di Bandar Lampung. Jatah orangtua yang menjadi peserta askes seharusnya mendapat jatah kelas 1. Namun karena penuh, kita memasuki ruang kelas dua.
Koridor memanjang ciri khas rumah sakit ini tampak indah dengan taman bonsai dan beberapa tanaman hias. Ruangan yang tertutup hanya ada kipas angin buat keringat mengalir cujup deras. Harusnya kipas angin dinding ini tidak cocok diletakkan diruang tertutup yang didesain untuk ruangan ber AC. Karena di kelas dua, ruang ini cocoknya menggunakan fan khusus berbentuk persegi yang menempel didinding, untuk mengatur sirkulasi udara. Tiduran 15 menit siang hari dikamar sungguh tidak nyaman. Saya bayangkan bagaimana orang yang sakit dengan kondisi panas tentunya akan tidak nyaman lagi.
Saya memutuskan untuk keluar kamar. Dan yang terjadi, dihalaman kamar depan begitu bau menyengat. Bau limbah, kondisi siring dipenuhi air kotor pekat warna hitam. Baunya persis kalau kita lagi di shelter harmoni, kali hitam menjadi pemandangan bawah halte di busway Jakarta. Tapi ini di Bandar Lampung. Mungkin puluhan tahun kedepan air kali di Kota ini mungkin akan sama nasibnya dengan di Jakarta.
Poinnya, saya ingin menceritakan ulang hasil wawancara saya dengan arsitektur senior di Bandar Lampung. Rislan Syarif, arsitek yang punya sertifikat ferrosemen A itu berbagi ilmu dengan anak muda yang haus ilmu ini beberapa bulan lalu. Saya melihatnya sosok yang perhatikan lingkungan, lewat goresan desain tangannya diatas kertas kalkir. Seperti desain rumahnya yang nyatis tanpa ada siring. Rumahnya minimalis, khas tropis dipadukan dengan ornamen jepang. Rislan mengatakan dalam setiap desainnya memerhatikan lingkungan. Air hujan yang jatuh dari langit ia tampung ke sumur resapan lewat talang air yang mengalir dari genting rumahnya. Untuk sumur resapan ukuran keliling persegi 1x1 meter kubik menurutnya bisa menampung dan meresapkan air hujan sebanyak 15 meter kubik. Air yang meresap ini sangat bagus untuk sumber air sumur dirumahnya dan tetangganya. Biarkan alam yang menyaring dan menjernihkan air yang turun ketanah.
Yang unik dirumahnya centerpoin jam dinding putih berbentul lingkaran yang bisa dilihat dari seluruh penjuru ruang dalam rumah. Jam dindingnya berada di antara tangga lani saru dan dua. Bukan arsitek namanya kalau tidak bisa menbuat desain bangunan menjadi indah, katanya kala itu.
Untuk limbah dirumahnya dari air deterjen cucian pakaian, dapur, dan kamar mandi ia ada trik khusus. Di saluran airnya dihubungkan kesatu sumur resapan berukuran 2x2 meter. Didalam sumur resapan ada ramuan tradisionalbyang ditambahkan. Lapisan pasir, ijuk (serat warna hitam daribpohon aren), dan kerikil. Lapisan tiga bahan tadi mujarab untuk menyaring air linbah rumah tangga, sehingga ramah lingkungan. Apa yang saya lihat hari ini air warna hitam dan bau menyengat pasti tidak tercium oleh indera saya jika tiga elemen tadi ada di rumah sakit pemerintah ini.
Bagi yang ingin membangun rumah tangga dan mendirikan rumah sudah sepatutnya kita menjaga lingkungan. Sumur resapan dan siring ramah lingkungan harus ada dirumah atau di bangunan untuk massal.
Doakan operasi mata orangtua saya lancar ya...amiiin
Satu lagi kalau ingin membuat bangunan untuk massa dipastikan pakai jasa arsitek yang perhatikan lingkungan.
19 Oktober 2014
Dilarang menyalin tulisan ini.
jika menyalih diharapkan mencatumkan sumber blog ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline