TENTANG REALITA KEHIDUPAN YANG MUNGKIN SAJA SEDANG TERJADI SAAT INI DI SEKITAR ANDA [caption id="attachment_240363" align="alignleft" width="192" caption="Foto kreasi myspace.com"][/caption] Peribahasa mengatakan ‘ibarat pagar makan tanaman' yang artinya kurang lebih jika orang yang mestinya menjadi pelindung malah memanfaatkan orang yang dilindunginya untuk sekadar memuaskan hasrat pribadinya. Pada tempatnya juga apabila peribahasa ini melukiskan kondisi seseorang sebagai pemimpin yang mestinya menjadi pengayom, menjadi panutan, malah menciderai hati nurani orang di sekelilingnya dengan ‘memakan' tanaman yang sepantasnya dilindunginya. Entah bagaimana jadinya, bila seorang yang dihormati, disegani, dan banyak memotivasi orang di sekitarnya, malah memberikan contoh yang tidak baik dengan menodai kepercayaan yang diberikan kepadanya. Kebaikan dan panutan positif yang selama ini melekat, yang bertahun-tahun disandang seolah sirna dalam sekejap. Laksana panas setahun yang dihapus hanya oleh hujan sehari. Pemimpin adalah manusia, yang juga suatu saat bisa khilaf dan terpeleset. Hanya saja, hal ini akan sulit diterima oleh para pengagum dan orang-orang yang banyak mencontoh kebaikan darinya. Kecewa, tentu saja, rasa manusiawi ini timbul secara spontan. Wajar saja, karena bagaimanapun juga selama ini yang dilihat adalah sosok yang menjadi ‘role model' dan memiliki kepemimpinan yang baik. Contoh kasus yang mungkin masih teringat di benak kita, beberapa saat yang lalu ada seorang ulama kondang yang memiliki pengikut dan pengagum sedemikian banyak. Jarang ada ulama yang dapat dikatakan seringkali mengajak istrinya untuk ikut berdakwah bersama. Tanpa segan-segan sang ulama memberikan pujian kepada pasangannya di depan umum, bercerita tentang kebaikan dan ketulusan hati pasangannya itu. Banyak orang terinspirasi dengan kehidupan monogaminya. Namun, semuanya sirna saat yang bersangkutan melakukan poligami. Apapun alasannya, pagar makan tanaman adalah sebuah citra buruk seorang pemimpin. Apalagi bila hal tersebut dilakukan dalam organisasi bisnis. Entah apa jadinya, bila atasan alih-alih melindungi tanamannya ( baca : bawahannya ), malah "memakannya" sendiri. Semoga bulan penuh berkah ini, menjadikan suatu renungan introspeksi pada diri kita masing-masing. Salam. Silahkan baca posting saya sebelumnya yang masih terkait di sini, atau tulisan lainnya tentang selingkuh.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H