Lihat ke Halaman Asli

Di Balik Nikah Siri Perempuan (Kantoran)

Diperbarui: 26 Juni 2015   14:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

[caption id="attachment_217526" align="alignleft" width="300" caption="Ilustrasi punya mermaidmelodyrainbow"][/caption] Ada yang mencibir, ada yang menghujat, ada juga yang menyayangkan keputusannya untuk menjadi istri kedua dari seorang laki laki yang masih beristri sah dan memiliki beberapa orang anak yang mulai beranjak dewasa. Namun tidak sedikit yang mendukung sikapnya itu atas nama hak asasi dan hukum agama yang dianutnya. Demikianlah kira-kira gambaran umum masyarakat apabila menyikapi berita pernikahan siri seorang perempuan. Banyak yang bertanya apa yang menjadi alasan utama seorang perempuan menikah secara siri dan rela menjadi istri ke dua atau kesekian. Padahal dia tahu persis bahwa akibat keputusannya itu mungkin saja  membuat hati perempuan lain di sana hancur dalam duka, ada anak anak yang menangis karena sedih juga menahan malu - menurut mereka - akibat perbuatan bapaknya. Ada beberapa alasan klasik mengapa seorang perempuan menikah secara siri. Menurut  Ketua Komnas Perempuan, Yuniyanti Chuzaifah, setidaknya ada tiga alasan. Pertama alasan kemiskinan alias faktor ekonomi, alasan kedua karena berbeda agama dan alasan ketiga karena berada di daerah rawan konflik. Menurut mantan Ketua Umum PBNU, KH Hasyim Muzadi, ada alasan lain lagi yaitu faktor budaya, di mana seorang perempuan begitu bangga apabila dinikahi  oleh seorang tokoh agama di daerahnya, kendatipun harus menjadi istri ke sepuluh misalnya. Ada alasan lain lagi ? silahkan kompasianers menambahkan. Semua gambaran di atas memiliki satu kesamaan utama sebagai alasan memilih nikah siri, yaitu kondisi yang tidak terhindarkan sehingga keputusan itu harus diambil. Tapi bagimana kalau kondisi tak terhindarkan seperti di atas tidak berlaku.  Sebagai contoh bagus adalah kasus kawin siri penyanyi Dangdut yang terkenal dengan goyang gergaji yang fenomenal itu, Dewi Persik. Masih segar dalam ingatan kala Dewi Persik  mengaku sudah kawin siri dengan seorang laki-laki warga negara Belanda bernama Feri Yusuf setelah bercerai dari suami pertamanya Syaiful Jamil.  Suami barunya juga sudah diperkenalkan dengan keluarga besarnya di desa kelahirannya di Jawa Timur. Beberapa waktu berselang  kembali Dewa Persik membuat kejutan dengan pengakuannya bahwa dia telah kawin siri dengan seorang pemain sinetron dan bintang iklan Aldi Taher, tentu setelah bercerai dari pemuda Belanda Feri Yusuf. Sayangnya perkawinan mereka hanya bertahan kurang dari satu tahun dan keduanya tampil bersama di depan publik mengumumkan perpisahan mereka. Menanggapi pertanyaan kenapa dia mau melakukan nikah siri berkali-kali, Dewi Persik menyatakan bahwa semuanya itu untuk menghindari perbuatan zinah. Lebih lanjut Dewi Persik menyatakan bahwa dia masih akan melakukan nikah siri lagi dengan seorang laki-laki yang akan dipilihnya kelak. Dewi Persik menyadari sepenuhnya bahwa akibat nikah siri hak nya sebagai istri dan anaknya berada dalam posisi yang tidak diuntungkan. Karena itu dia memilih tidak punya anak dalam masa kawin siri dan tentu saja memilih laki-laki yang pantas menjadi pendampingnya. Cerita Dewi Persik dengan fenomena nikah sirinya di dunia selebriti sudah bukan berita baru. Bagaimana kalau nikah siri terjadi di kalangan pekerja kantoran ? Terjadi antar teman sekantor, teman satu gedung atau bahkan antara bawahan dan atasan. Ini Juga bukan cerita anyar, sudah pernah terjadi dan masih akan terus terjadi. Berbagai alasan dapat dikemukakan, baik yang rasional maupun yang dipaksakan. Perkawinan siri antara orang kantoran memang unik, tersembunyi dan penuh misteri. Terbaca hanya dari gerak dan bahasa tubuh, selebihnya penuh tanda tanya. Anda punya pengalaman tentang kawin siri perempuan kantoran ?? bagi dong...... Salam DP  ( yang bukan Dewi Persik )

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline