Lihat ke Halaman Asli

Diannita Harahap

TERVERIFIKASI

Microbiologist

Kamera Selami Palung Laut 8 Kilometer Temukan Ikan Siput

Diperbarui: 4 April 2023   04:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ikan Siput (Pseudoliparis belyaevi). Sumber : bbc.com/MINDEROO-UWA Deep Sea Research Centre

Ketika mendengar istilah palung apa yang terbesit dalam pikiran kita? Kedalaman, berhimpitan antara dua daerah yang berdekatan, daerah yang cukup gelap tanpa cahaya? Ya, kita biarkan saja wawasan kita berkelana mencari definisi yang beragam.

Palung laut merupakan ekosistem laut dalam, kondisinya sangat sulit ditembus sinar matahari. Terhimpit diantara dua daerah bertekanan tinggi. Menjorok ke dalam seperti jurang-jurang laut dalam.

Beberapa populasi dapat hidup secara alami pada palung yakni ikan, pengurai dan predator. Sama-sama kita pahami bahwa alam menempa makhluk hidup untuk bertahan.

Bertahan hidup baik dalam kondisi tersedia faktor tumbuh maupun pada situasi tercekam. Awalnya tercekam, namun dengan adaptasi morfologi, fungsi tubuh (fisiologi) dan tingkah laku populasi tersedia seimbang.

Merujuk artikel yang terbit pada Kompas.com pada 7/3/2022, Indonesia memiliki 7 jenis palung pada ekosistem laut dalam tersebar di berbagai wilayah diantaranya Palung Weber, Palung Jawa, Palung Buton, Palung Sangihe, Palung Talaud, Palung Ternate dan Palung Timor. Kedalaman palung tersebut berkisar antara 3.310-7440 meter.

Temuan kehidupan di palung laut bukan yang pertama kali terdengar dan mencengangkan dunia. Terdahulu ditemukan kehidupan di Palung Mariana. Terbaru dikutip dari BBC Indonesia 2/4/2023  telah ditemukan Ikan Siput (Pseudoliparis belyaevi) di Palung Izu-Ogasawara, Jepang pada kedalaman palung 8.336 meter.

Gambar bergerak diambil dari sisi kapal DSSV Pressure Drop, perangkat kamera disambungkan dengan pemberat yang dilengkapi dengan umpan. Kamera dilepaskan ke kedalaman laut untuk membuktikan kehidupan di dalamnya.

Ikan ini dikenal sebagai hewan dengan kemampuan bioluminesensi, dapat memendarkan cahaya. Sebuah proses alamiah dari dalam tubuhnya oleh karena adanya enzim nuciferin, sehingga memungkinkan terjadi fenomena laut berkilau warna.

Melansir Integrated Taxonomic Information System itis.gov, telah disusun tata nama Ikan Siput (P. belyaevi) oleh Andriasev dan Pitruk pada tahun 1993. Berdasarkan data IUCN redlist via fishbase.se pada tahun 2022 ikan jenis ini masuk ke dalam spesies terancam punah.

Mengapa punah? Ilmuwan menjelaskan ini ada kaitannya dengan peningkatan suhu laut karena pemanasan global sehingga keberadaan ikan ini di kutub dipertaruhkan karena mencairnya es. Dalam situs ini juga menyebut ikan siput tidak berbahaya bagi manusia.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline