Ayo Ibu-ibu boleh merapat kesini.. ada resep.. ada resep. Bapak-bapak juga boleh..
Ini artikel pertama saya yang direncanakan dengan tag hobby dan foodie. Berpikir apa ide yang menarik untuk diulas. Lingkupnya tetap kepeminatan agar mengembangkan paragraf demi paragraf mudah tanpa hambatan. Itu poinnya.
Pencarian kata kunci sourdough diarahkan pada beranda akun. Temuan terhadap kata kunci tersebut sebanyak 4 artikel telah terbit pada platform menulis Kompasiana sebelumnya. Tiga artikel terbit tahun lalu dan satu artikel diterbitkan dua tahun yang lalu.
Saya membaca semua artikel tersebut dan berpikir untuk mencari kesenjangan (gap) antar artikel. Apa yang sudah penulis terdahulu bahas dan yang belum dibahas menjadi celah bagi saya untuk mengepakkan sayap imajinasi.
Sebelum saya merancang kerangka tulisan, segera teringat dan menghubungi salah seorang teman penggiat sourdough. Beliau sering membagikan pengalaman berkreasi kudapan berbahan ragi alami.
Jika dihitung jejak digital di instagram sejak 2013, sudah hampir 10 tahun malang melintang di persourdoughan. Dengan alasan tersebut, saya meminta kesediaan beliau menjadi narasumber dalam ulasan ini.
Penulis sendiri pernah memasukkan materi ini dalam praktikum pada Mata Kuliah Mikrobiologi Pangan dan Industri. Sesekali juga membuat olahan makanan dengan ragi sourdough.
Artikel ini akan menjelaskan bagaimana sourdough digunakan sebagai bibit dalam membuat kue tradisional, cara membuat starter kering/bubuk dan cara merawat dan menggunakan kembali starter kering tersebut.
Berkenalan dengan penggiat sourdough