Lihat ke Halaman Asli

Dian Nafi

arsitek yang suka jalan-jalan, nulis fiksi dan non fiksi

Minum Teh bersama May

Diperbarui: 26 Juni 2015   07:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

130111544238430988

Kenalan Dengan Mayana Sudah beberapa hari dia ada di rumahku. Nginap bersama temen-teman yang lain. Mungkin cewek cakep jenis mayana ngumpul sama Nay-nya mbak Qonita musa atau Tara-nya mbak Riawani Elyta.  Aku tak tahu pasti apa yang mereka perbincangkan. Masih seperti saat dia datang, saat aku mengajaknya minum teh sore itu dia masih anggun dengan baju birunya. Tak banyak hiasan. “Apa kabar May?” tanyaku membuka percakapan. Teh masih mengepulkan asap dan aroma wangi memenuhi ruang tamu mungilku. “Seperti yang kau lihat, Brin.” jawabnya lembut, sopan, tindak-tanduknya sebagai putri sulung dari keluarga yang merasa posisi sosialnya sebagai keluarga terhormat begitu nampak. “Ada apa denganmu May?” tanyaku saat kulihat berulang kali dia menarik nafas panjang. “Sudah takdirku aku lahir dalam keluarga yang semua ketetapannya seperti sabda yang tak boleh disanggah. Aku bahagia jika ibu bahagia. Tapi bagaimanapun juga ada sekeping hati yang tidak bisa dibohongi. Bahwa aku…juga punya cinta dan ingin menikah dengan orang yang aku cintai.” “Lantas kenapa kau mau menerima dijodohkan dengan Dimas?Jika pada akhirnya kau akan merusak semuanya May. Ingat, tinggal menghitung hari dan kau…? Ah,” aku menggeleng. “Ini lain, bukan masalah aku mencintainya atau tidak. Ada rahasia yang dibuka Dimas dan aku tidak mau terpenjara di tempat yang sama seperti tante Mira.” “Tante Mira? Hanya itu? kau yakin bukan karena Nero?” aku menatapanya, tepat di manik matanya. “Nero? Ne-Ro.” May bergumam, mengeja nama, lalu menyambung kalimatnya, “menurutmu aku waras atau tolol sih? jatuh cinta pada sosok maya, yang aku gak tahu dia itu ada apa tidak? “ Aku menatap May tak mengerti, tepatnya sulit untuk mengerti apa yang dikatakan May. Mungkin otakku yang kurang bisa mengimbangi kecerdasan May. Tapi kalimat-kalimatnya, membuat keningku berkerut lama dan parahnya kadang kerutan itu belum hilang sudah bertambah lagi. May, bicara tentang cinta, bicara tentang hidup, bicara tentang hati, bicara tentang bahwa dia pernah membuat janji bertemu dengan Nero. Bahwa dia mengatakan pada Nero hanya ingin menikah dengannya. Namun aku harus terus menebak apa yang dia katakan itu nyata atau maya. Mayana dan mayanya seperti kisah nyata namun maya dan maya namun nyata. Absurditas dunia maya, menyata dalam diri seorang Mayana. Absurditas cinta menjadi maya dalam kehidupan Mayana. Atau cinta menjadi realita dalam dunia maya Mayana? Dimanakan realita cinta Mayana? Dia terus mencari atau justru telah menemukan dan menikmatinya? Aku menatapnya penuh tanya. May tersenyum, menatapku lembut, dia mengakhiri kisahnya saat cangkir-cangkir kami mulai dingin. Mayana, mayanya, Mayasmara. Kisah yang unik tak terduga dan…mengejutkan. Judul: Mayasmara penulis: Dian Nafi dan a(rt)gus faizal penerbit:Hasfa publishing Rp. 35rb bisa juga dibeli online via sms 081914032201 review by Eni shabrinaws

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline