Lihat ke Halaman Asli

Cara Guru yang ‘Memanusiakan’ Manusia

Diperbarui: 20 Juni 2015   03:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Saat ini, marak sekali siswa mendapatkan pelecehan dari seorang guru dari segi fisik maupun psikis. Kata-kata kamu ‘bodoh,malas,nakal’ yang sering dilontarkan guru kepada siswa. Mungkin saat ini, pemerintah sudah mengatasinya dengan memberikan pelatihan kepada guru-guru tapi masih banyak di luar sana yang tak tahu betapa pengaruhnya ucapan mereka terhadap psikologis anak.

Tokoh Carl Rogers dan Abraham Maslow membuat teori yang sangat menarik tentang memahami personality tiap manusia/orang. Teori ini menekankan pentingnya tanggung jawab seorang individu atas perilakunya. Kita harus tahu bahwa setiap anak itu adalah spesial dan berharga. Sebagai guru harus membantu mereka untuk mencapai menggapai dan mengarahkan mereka di kehidupan ini. Karena sejatinya seorang itu sebagai pendidik bukan pengajar. Sangat berbeda sekali kedua hal ini, pendidik tak hanya mengajar di kelas tapi juga membentuk karakter anak dan tingkah lakunya. Tetapi pengajar hanya mengajar siswa di kelas. Tak banyak guru yang ‘benar-benar’ menjadi seorang pendidik.

Seorang guru sangat berpengaruh terhadap perkembangan siswa terutama untuk skolah dasar. Teori humanisme menuntut guru untuk membantu siswa dalam memenuhi kebutuhan psikologi, prestasi, sosial yang lebih baik.Untuk mempermudah guru dalam mengarahkan siswa. Ada beberapa prinsip dari teori humanisme yang harus diketahui antara lain :

1. siswa dapat memilih apa yang ingin mereka pelajari. Guru harus memberikan motivasi kepada mereka tentang materi yang akan dipelajari sehingga mereka berpikir bahwa mereka butuh materi ini dan ingin tahu lebih dalam.

2. tujuan pendidikan seharusnya membimbing siswa supaya termotivasi untuk belajar dan mengetahui bagaimana cara belajar. Siswa harus termotivasi di dalam pembelajaran.

3. evaluasi diri sangat berarti dan bermakna. Seorang guru langsung memberikan catatan-catatan di dalam jurnalnya. Disini, tidak setuju dengan diadakannya tes karena hanya mengukur kemampuan dari siswa yang berupa ingatan materi dan tidak adanya timbal balik antara guru dan siswa.

4. Suasana dan pengetahuan siswa sangat penting dalam proses pembelajaran. Teoriini tidak membagi atau memecah antara kognitif dan afektif.

5. Lingkungan sangat membantu dalam proses pembelajaran kepada siswa.

Guru mengetahui prinsip-prinsip di atas, mereka dapat mengetahui apa yang harus dilakukannya terhadap siswa. Tak hanya menilai dari tes tetapi juga dilakukan evaluasi diri kepada siswa. Itu sangat membantu siswa dalam meraih apa yang dia inginkan dan dicapai. Disini erat kaitannya dengan pengembangan emosi positif yang terdapat dalam area afektif, misalnya ketrampilan membangun dan menjaga relasi yang hangat dengan orang lain, bagaimana mengajarkan kepercayaan, penerimaan, keasadaran, memahami perasaan orang lain, kejujuran interpersonal, dan pengetahuan interpersonal lainnya. Intinya adalah meningkatkan kualitas ketrampilan interpersonal dalam kehidupan sehari-hari.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline