Lihat ke Halaman Asli

Dian Mardi Safitri

Homemaker, lecturer

[Flash Fiction] Kamboja Kuning

Diperbarui: 26 Oktober 2016   14:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Taman ini selalu membangkitkan romantisme dalam diriku. Di bawah pohon kamboja kuning aku berhenti dan kuhirup sekuntum bunganya. Harum. Sejurus kemudian aku menangkap sepasang mata lekat memandangku. Wajah cantik manis tersipu, lekas-lekas berlalu meninggalkan rasa penasaran di hati. Ah, semilir angin, wangi kamboja dan gadis manis menambah indah sore itu. Di peraduan malam, gadis itu menerawang. Ia telah jatuh cinta. Diciumnya lagi wangi kamboja yang sempat dipetiknya sebelum berlalu sore tadi. Pemuda tampan itu memenuhi hati dan benaknya. 

“Ayah, aku mohon restumu.”

 “Dia bukan jodohmu.”

 “Tapi perasaanku tak akan salah, Ayah.”

 “Percayalah, anakku. Gunakan akalmu. Tuhan pasti sudah menyiapkan yang terbaik untukmu. Tapi bukan dia!” 

Terpuruk di sudut kamar, ia bimbang. Terngiang kalimat itu, "Cantik, maukah menikah denganku?" Lalu terbayang harum kamboja kuning yang syahdu. Air matanya membasahi cinta yang kini membiru. 

Kamboja menjadi saksi, bulat sudah keputusannya. Ditatapnya kekasih yang risau menanti jawaban.

 “Aku mencintaimu.”

 “Aku tahu, tapi….” 

“Jadi, Kau akan pergi denganku?”

 “Maafkan, aku tak bisa. Ada perbedaan besar di antara kita. Tuhan telah mengatur segalanya dengan sempurna. Jumlah kaki kita berbeda, mustahil kita bisa bersatu.” 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline