Lihat ke Halaman Asli

Kehidupan Akhirat ala Meksiko dalam Film Kartun

Diperbarui: 28 November 2022   16:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Film Coco. (Kredit: DISNEY ENTERPRISES via kompas.id)

Sangat jarang ditemukan representasi budaya Meksiko di dunia perfilman, terutama di dunia Hollywood. Tentunya ini adalah salah satu isu di Amerika karena banyaknya imigran Meksiko yang pastinya ingin merasa dilihat atau direpresentasi oleh media. 

Namun selama beberapa dekade terakhir, industri film telah semakin berkembang dan menjadi lebih inklusif dengan memberikan representasi kepada banyak budaya, termasuk budaya Meksiko.

Dapat dikatakan bahwa film merupakan sebuah media komunikasi massa. Hal tersebut dikarenakan film memberikan sebuah pesan atau informasi kepada khalayak dengan jumlah yang besar. Film menggunakan bentuk model komunikasi linear di mana pesan akan disampaikan dengan proses komunikasi yang bersifat searah.

Representasi budaya yang ada di media dapat memberikan dampak yang besar bagi orang-orang yang direpresentasikan. 

Dengan adanya film yang merepresentasikan tentang budaya Meksiko, bukan hanya sekedar menghibur penonton, namun juga mampu mengedukasi secara akurat tentang kebudayaan Meksiko.

Poster film "The Book of Life" (2014) dan "Coco" (2017). Sumber: Joys of Asia

Di artikel kali ini, penulis akan menggunakan film "Coco" (2017) dan "The Book of Life" (2014) menjadi contoh film yang memiliki budaya Meksiko sebagai fokus utama. Skenario-skenario yang ada di dalam kedua film tersebut memvisualisasikan budaya Meksiko dari cara kehidupan hingga mitos rakyat Meksiko mengenai kematian. Metode penelitian yang digunakan oleh penulis adalah analisis teks.

Teori yang akan digunakan penulis dalam menganalisa kedua film tersebut adalah teori representasi nasionalisme dan sara. Representasi dalam film merupakan hal yang penting karena manusia terdiri dari kelompok sosial yang beragam dan akan selalu ada kesenjangan di dalam masyarakat.

Di negara barat yang tentunya didominasi oleh orang-orang berkulit putih, masyarakat dari etnis minoritas lainnya seringkali mendapatkan perlakuan tidak adil dan terdapat diskriminasi dalam kehidupan sehari-hari.

Teori selanjutnya yang akan digunakan penulis adalah teori semiotika. Dengan menggunakan teori semiotika, makna pesan yang ada di dalam film akan lebih tersampaikan. Semiotika merupakan sebuah metode analisis yang menggunakan analisis tanda.

Teori semiotika yang digunakan adalah oleh Ferdinand de Saussure yang membagi tanda menjadi dua, yaitu penanda (signifier) dan petanda (signified).  Penanda adalah objek yang dapat kita lihat secara langsung dan memiliki wujud secara fisik. Sedangkan petanda adalah makna yang ada pada tanda yang diberikan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline