Lihat ke Halaman Asli

Dian Kelana

TERVERIFIKASI

Pengelana kehilangan arah

Berkelana di Ranah Minang (25): Keluyuran di Pinggiran Kota Duri

Diperbarui: 26 Juni 2015   09:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

12959828651925877898

Sebelum di temukannya minyak bumi di lapangan minyak Duri pada tahun 1940, Duri atau kecamatan Mandau hanyalah hutan bakau atau sebagai juga perkebunan karet, dan kini juga semakin berkembang dengan adanya perkebunan kelapa sawit .

Tapi begitu Caltex menemukan Duri sebagai ladang minyak dengan cadangan yang sangat besar di perutnya, dalam tempo singkat Duri bangkit menjadi sebuah kota.

Sama halnya dengan daerah-daerah lain sepertiRumbai, Minas Lirik, Pendopo, Plaju, Sungai Gerong serta banyak lagi daerah di Indonesia dimana minyak bumi di temukan, maka pertumbuhan penduduk dengan datangnya tenaga-tenaga yang bekerja di ladang pengeboran minyak bumi cepat sekali berkembang.

Dalam pengelanaan saya selama 4 hari di Duri hal itu terbukti. Duri atau kecamatan Mandau yang kalau di lihat dari Google map hanya seperti noktah di tengah hutan belantara, begitu di masuki tak obahnya sebuah kota kecil dengan fasilitas yang lumayan lengkap, kalau dilihat sebagai sebuah kota kecamatan ditengah belantara daratan Riau.

Sebelum pergi memancing dan menjala ikan di daerah Rokan, saya sempat mengabadikan beberapa tempat yang kami lewati. Perkampungan penduduk asli Mandau, walau telah bersentuhan dengan modernisasi namun tak kehilangan ciri khasnya. Rumah terapung, maupun perkampungan yang berdekatan pipa-pipa minyak mentah dari ladang pengeboran menuju stasiun pengumpul.

Pada awalnya saya agak ragu, foto seperti apakah yang akan saya dapatkan dari pemandangan alam di dataran rendah yang nanti akan saya hadapi. Tapi alam memang penuh rahasia, dari hutan bakau yang tak tertata, sebuah keindahan juga bisa muncul tak terduga.

Kita sering melihat foto-foto matahari terbenam yang diambil di pinggir pantai. Foto-foto yang diambil disana memang bisa menampilkan suasana dan nuansa yang mencekam perasaan keharuan dalam keindahan. Tapi bagaimana pula bila kita melihat matahari terbenam dari daratan dan dataran rendah daerah seperti Riau?

Diantara foto-foto ini tidak semuanya saya ambil dalam posisi diam, beberapa diantaranya saya jepret dari kendaraan yang sedang berjalan. Bahkan foto-foto matahari terbenam sepenuhnya diambil dari kaca belakang L 300 yang kami tumpangi yang sedang melaju membawa kami pulang.

[caption id="attachment_87317" align="aligncenter" width="622" caption="Sebuah pohon meranggas dan kemudian mati, di latar depan dua pipa minyak terbentang membawa sumber kemakmuran bagi orang lain"][/caption]

[caption id="attachment_87318" align="aligncenter" width="568" caption="Langit terbentang membiru tanpa polusi"]

12959828781532427994

[/caption]

[caption id="attachment_87319" align="aligncenter" width="605" caption="Rumah diatas air"]

12959830551399843605

[/caption]

[caption id="attachment_87320" align="aligncenter" width="622" caption="Rumah penduduk asli Mandau, didepan mereka mengalir uang dalam jumlah yang tak terpikirkan oleh mreka, semenara mereka hidup dalam kesederhanaan bahkan kemiskinan"]

12959834801169945900

[/caption]

[caption id="attachment_87321" align="aligncenter" width="622" caption="Sekolah ini pun di bangun diatas rawa"]

12959833621062718215

[/caption]

[caption id="attachment_87322" align="aligncenter" width="622" caption="Hutan bakau itu kini telah di sulap dan di tanami dengan kelapa sawit"]

12959834781781837811

[/caption] [caption id="attachment_87323" align="aligncenter" width="622" caption="Lahan yang luas ini tengah menunggu untuk digarap"]

1295983578651887918

[/caption] [caption id="attachment_87324" align="aligncenter" width="622" caption="Air, tanah, langit dan jembatan. Kesatuan yang saling melengkapi."]

12959837501135999600

[/caption] [caption id="attachment_87325" align="aligncenter" width="622" caption="Tenang dan damai...."]

12959839801231128607

[/caption] [caption id="attachment_87326" align="aligncenter" width="622" caption="Alam memisahkan, manusia menghubungkan..."]

129598426024424642

[/caption] [caption id="attachment_87327" align="aligncenter" width="622" caption="Menuju ke peraduan..."]

1295984715284993151

[/caption] [caption id="attachment_87328" align="aligncenter" width="622" caption="Bersembunyi di balik pohon..."]

1295984823312447479

[/caption] [caption id="attachment_87329" align="aligncenter" width="622" caption="Selamat jalan kekasih..."]

1295984530625900870

[/caption] [caption id="attachment_87330" align="aligncenter" width="622" caption="...dan cahayanyapun semakin redup."]

12959846361756255135

[/caption] [caption id="attachment_87331" align="aligncenter" width="413" caption="...dan alam pun menjadi saksi perginya sang cahaya kehidupan"]

1295985147303702502

[/caption] [caption id="attachment_87332" align="aligncenter" width="622" caption="Sampai jumpa lagi dihari esok..."]

1295985358138387679

[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline